Labels

Geografi (10) Islam (53) Kuliah (5) Peta (6) Power Point (4) Skripsi (1) Tokoh (1) Video (1)

Klasifikasi Pantai dan Lautan

3.1. Bentanglahan Pantai Akibat Erosi
Bentang alam pantai dikontrol oleh aksi alamiah yang berkerja secara terus menerus. Pada adasarnya dapat dikelompokkan dua macam aksi alamiah yaitu yang bersifat menghancurkan (destruktif) dan bersifat membangun dengan cara pengendapan (konstruktif/deposisional).
Gaya erosi yang bekerja di daerah pantai, terutama berasal dari gelombang laut, kemudian dibantu oleh arus laut, pasang surut, hembusan angin dan air hujan disebut dengan abrasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan erosi pantai:
a.  Gelombang dan arus laut, merupakan faktor utama penyebab dari erosi marine.
b.  Influk material dari daratan
a.                   Macam dan resistensi batuan
b.                     Kedalaman laut lepas pantai
f.                    Keterbukaan pantai terhadap serangan ombak
g.                   Aktifitas manusia dalam melindungi pantai
h.                   Sifat-sifat struktur dari batuan seperti arah banyaknya rekahan atau sesar
i.                     Stabilitas posisi garis pantai (shore line), misalnya terdapat barierreef pada panti tersebut.
1.       Beberapa Kenampakan Hasil Erosi Pantai:
a.                   Dataran abrasi, yaitu suatu daratan hasil pengendapan dari  abrasi gelombang laut;
b.                   Geos, yaitu celah sempit dan dalam yang terdapat pada tepi pantai;
c.                   Lengkungan alamiah yang terbentuk sebagai akibat hempasan gelombang laut;
d.                   Stacks yaitu lingkungan alamiah yang terpisah dari daratan karena runtuh; dan
e.                   Gua pantai (sea cave) yang terbentuk karena hempasan gelombang laut yang menghantam zona-zona yang lemah pada tebing pantai
Daerah pesisir merupakan daerah pantai dan sekitarnya yang masih terkena pengaruh langsung dari aktivitas marin. Berdasarkan morfologinya, daerah pesisir dapat dibedakan kedalam empat kelompok:

c.                   Daerah Pesisir Bertebing Terjal
Pesisir yang bertebing terjal di daerah tropika basah seperti Indonesia pada umumnya menunjukkan kenampakan yang mirip dengan lereng dan lembah pengikisan di daerah pedalaman. Sebatas daerah di atas ombak, lahan umumnya tertutup rapat oleh vegetasi, sedangkan bagian di bawahnya umumnya berupa singkapan batuan. Aktivitas pasang surut, dan gelombang mengikis bagian tebing ini sehingga membentuk bekas abrasi seperti:
a.  tebing terjal (cliff)
d.                   tebing tergantung (notch)
e.                   rataan gelombang (platform) dan bentuk lainnya

Gambar 2. Pantai Terjal (Cliff)
Daerah pesisir yang bertebing terjal, pantai biasanya berbatu-batu, berkelok-kelok, dengan terdapat pula banyak longsorlahan. Proses longsorlahan ini juga menjadikan tebing bergerak mundur, khususnya pada pantai yang aktif proses abrasinya. Jika batuan penyususn daerah ini  berupa batugamping atau batuan lain yang banyak memiliki sistem retakan (joints), air dari daerah pedalaman mengalir melalui sistem retakan tersebut dan muncul di daerah pesisir. Adakalanya tempat muncul air tawar ini jutru berada di bawah  permukaan air laut. Di Indonesia, pesisir bertebing terjal terdapat terutama di sepanjang pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, pantai Sulawesi dan pantai selatan pulau-pulau di Nusa Tenggara.

b.                  Daerah Pesisir Bergisik

Endapan pasir yang berada di daerah pantai umumnya memiliki lereng landai. Kebanyakan pasirnya berasal dari daerah pedalaman yang terangkut oleh aliran sungai kemudian   terbawa  arus   laut  sepanjang   pantai dan  selanjuytnya   dihempas   gelombang  ke darat. Oleh   karena  mataerial  asalnya    dari  sungai  maka    gisik  atau   pantai    berpasir  dapat  dijumpai   disekitar  dekat  muara   sungai. Sesuai   dengan   tenaa   pengangkutnya,    maka   ukuran  butir   akan  lebih  kasar  di dekat muara sungai   dan   berangsur  -angsur   semakin  halus  semakin menjauhi muara  . Pasir   yang  berasal dari bahan-bahan  vulkanik   pada   umumnya   berwarna gelap (hitam atau   kelabu)  sedangkan  yang berasal dari  koral   atau   batu gamping    berwarna  kuning    atau  putih.  Pantai  berpasir  kuarsa  juga berwarna    cerah, tetapi   tidak banyak   terdapat   di Indonesia.
Daerah   bagian  belakang   dari  pesisir   bergisik kebanyakan    memiliki   betting (=ridges= gundukan memanjang) yang   umumnya   terdiri dari   beberapa   jalur. Ciri ini   menandakan    daerah   pantai  yang   tumbuh,  dan garis   pantainya   relatif  lurus. Oleh karena   material penyusunnya    terutama pasir, daerah pesisir bergisik bersifat    porous, tidak subur, dan kebanyakan    berair asin. Hanya  jenis-jenis  tumbuhan tertentu   saja yang d apat    tumbuh  pada    lingkungan   semacam ini   yaitu jenis   Casuarina, Pandan, Calophylum, Inopphyllum dan  Barringtonia. Jenis   tumbuhan   ini   berakar panjang dan tahan kering. Beberapa kenampakan pantai begisik akibat hasil pengendapan (deposisional), seperti (1) spit yaitu endapan pantai dengan satu bagian tergabung dengan dataran dan bagian yan lainsedikit menjorok ke laut, (2) tombolo yaitu endapan tipis yang menghubungkan pulau dengan daraan, (3) Bars, hampir sama dengan spit tapi disini bars menghubungkan headland yang satu dengan yang lain, (4) yaitu daratan yang cukup luas, tersusun oleh endapan pasir atau kerikil.

Gambar . Tombolo
 c.   Daerah   pesisir  berawa  payau
Rawa  payau   juga  mencirikan   daerah  pesisir yang   tumbuh (accretion). Proses  sendimentasi merupakan   penyebab   bertambahnya    daratan  pada  medan ini.  Material penyusun umumnya   berbutir  halus   dan medan   ini berkembangnya   pada  lokasi    yang   gelombangnya    kecil atau  terhalang,  pada   pantai   yang  relatif  dangkal. Medan   ini sangat datar  dan  tergenang    pada saat    air laut pasang. Karena  airnya  payau  atau asin   daerah semacam ini terbatas  kemungkinan   pengembangannya. Hanya  jenis-jenis tumbuhan dan  hewan   tertentu  yang dapat hidup  .  Selain   itu material penyusunnya    yang   terutama   dari  bahan   halus, lembek, dan  drainasi jelek, daya   dukung tanah terhadap beban (bangunan  dll) juga rendah. Drainase jelek menjadikan    pembungan  limbah   tidak   lancar dan terdapat  genangan    dimana-mana.
Umumnya   rawa payau   ditumbuhi   bakau (mangrove) dari berbagai jenis , tetapi  ada pula   yang   diusahakan   dengan   pembuatan   tambak (kolam)  untuk pemeliharaan  ikan  khususnya    jenis  bandeng  dan    udang. Tumbuhan  bakau  pada  rawa  payau  dapat  memecahkan  gelombang  dan   menghalangi  pengikisan, dan  pantainya mengalami agresi (tumbuh) . Peranan bakau  dalam   merangsang    pertumbuhan   pantai   terbukti   jelass   jika  bakaunya   hilang   karena   mati  atau  ditebang habis. Jika    hal ini   terjadi   maka   proses   yang   berlangsung   kemudian   adalah   yang   sebaliknya. Pada  pantai yang  mengalami    agresi, umumnya    terdapat  urutan  (seguence) tumbuhan yang ada yaitu bakau di paling depan, dibelakangnya nipah, tumbuhan rawa air tawar atau hutan lahan basah. Batas teratas dari bakau setinggi batas air pasang maksimum. 

c.    Terumbu Karang
Terumbu karang terbentuk oleh aktivitas binatang karang dan jasad renik lainnya. Proses ini terjadi pada areal cukup luas di laut-laut di Indonesia terutama di laut Flores dan Laut Banda.
Menurut Bird dan Ongkosongo (1990) karang dapat tumbuh dan berkembang baik pada kondisi: (a) Air Jernih, tanpa sedimen, dasar alaut cukup keras, (b) Suhu tidak pernah kurang dari 180 C, (c)  Kadar garam antara 27-38 bagian per seribu, (d) laut tenang, gelombang tidak besar, gelombang besar akan merusak tubuh karang yang rapuh dan menghambat pertumbuhannya dan (e) sirkulasi air cukup lancer untuk persdiaan oksigen..
Berarti sebagian besar laut di Indonesia karang dapat tumbuh baik kecuali di laut  dangkal yang berlumpur seperti di dekat muara  sungai (kadar garam rendah dan berlumpur), daerah sebelah barat dan selatan Kalimantan, dan sebelah utara jawa. Walaupun demikian dibeberapa tempat didaerah tersebut misalnya di Teluk Jakarta terdapat pula secara lokal.
Bentuk-bentuk terumbu karang (1) fringing reef (karang pantai) yaitu karang tumbuh langsung melekat (berimpit) dengan pantai (daratan) tanpa lagoon atau genengan laut antara terumbu dengan dartan, (2) Barier reef, (karang tanggul) adalah pulau karang seperti tangguldan letaknya dimuka pantai yang dipisahkan oleh lagoon. (3) atol (karang cincin) adalah pulau karang yang terbentuknya seperti cincin.
Proses tektonik sering berpengaruh pula terhadap pertumbuhan turmbu karang. Cincin karang (atol) adalah merupakan hasil kombinasi proses aktivitas binatang karang dengan proses tektonik ang berupa “subsidence” (tanah turun). Terumbu karang yang muncul kepermukaan banyak terdapat di Indonesia. Pulau-pulau karang yang terangkat umumnya terdapat endapan puing dan pasir koral di lepas pantainya. Ukuran butir puing dan pasir lebih kasar kearah datangnya ombak yang lebih besar dan pasir atau yang lebih halus kearah membekangi ombak. Bagian ini kadang-kadang berselang-seling dengan lagun yang dangkal dan kadang-kadang ditumbuhi bakau.

3.2. Klasifikasi Pantai
Tujuan klasifikasi pantai adalah untuk menggolongkan pantai, sehingga setiap golongan mempunyai penciri utama yang dapat membedakan antara pantai yang satu dengan pantai yang lainnya. Dasar klsifikasi pantai cukup banyak, sehingga jarang ada klasifikasi yang dapat memenuhi semua aspek pantai sesuai dengan kepentingannya. Berikut ini akan dijelaskan klasifikasi pantai.
1. klasifikasi Gulliver (1889) yang dikembangkan oleh Johnson (1919), dengan dasar klasifikasi genetik. Dalam klasifikasi pantai berdasarkan genetiknya ini pantai dibagi dalam tiga kelas yaitu;
1. garis pantai tenggelam,
2. garis pantai terangkat,
3. garis pantai netral, yang bentuknya bukan sebagai akibat dari penenggelaman dan pengangkatan , tetapi oleh proses deposisi atau gerakan tektonik: garis pantai delta, dataran aluvial, garis pantai vulkanik, dan garis pantai sesar.

2. Klasifikasi Shepard (1948, 1964)
            Dasar klasifikasi pantai menurut shepard ini adalah berdasarkan genetik dengan penekanan pada bentuk yang dihasilkan oleh proses marin yaitu;
I.  Pantai primer atau muda akibat proses yang non marin
a.       terbentuk karena proses denudasi subaerial dan tenggelam oleh transgresi resen atau oleh penurunan daratan tepi laut:
1. muara sungai turun                 : pantai ria
2. muara lembah gletser turun     : pantai fyord
b.       terbentuk oleh proses depoisi subaerial
1. deposisi sungai
a.             pantai delta
b.             pantai dataran aluvial
2. deposisi glasial
a.             pantai morain yang tenggelam sebagian,
b.             pantai drumline yang tenggelam sebagian
c.             deposisi angin : pantai bergumuk pasir
d.             perluasan pantai oleh vegetasi: pantai mangrove
c.       terbentuk oleh aktivitas vulkanik
a.             pantai terbentuk deposisi vulkanik (lava),
b.             pantai dengan bentuk lengkung, akibat letusan vulkanik 
d.       terbentuk oleh gerakan tektonik
a.             pantai akibat sesar
b.             pantai akibat lipatan
II.pantai sekunder atau dewasa, yang terbentuk oleh tenaga marin:
a.       terbentuk oleh proses erosi marin
1.       pantai terjal (cliff) oleh erosi marin reguler
2.       pantai terjal oleh proses erosi yang kurang reguler
b.       terbentuk oleh proses deposisi marin
1.       pantai barrier (penghalang)
2.       pantai: cuspate foreland
3.       dataran gisik (beach plain)
4.       rataan lumpur atau rawa payau
c.       terentuk oleh proses organik
1.       pantai coral reef
2.       pantai surpulid reef
3.       pantai oyster reef
4.       pantai mangrove
5.       pantai rumput rawa payau
3. klasifikasi pantai menurut Cotton (1952)
Dasar klasifikasi yang digunakan Cotton adalah gerakan tektonik, yang secara garis besar dibedakan menjadi pantai stabil dan  pantai mobil. Rincian dari masing-masing kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Pantai daerah stabil; telah terpengaruh oleh penurunan laut resen:
    1. pantai yang didomonasi oleh kenampakan hasil penurunan resen
    2. pantai yang didomonasi oleh kenampakan hasil sisa dari kejadian pengangkatan masa lampau
    3. pantai lainnya (fyord, vulkanik)
  2. pantai daerah mobil; telah terpengaruh oleh pengangkatan atau depresi laut maupun oleh penurunan yang resen:
    1. pantai yang terpengaruh laut tidak diimbangi oleh pengangkatan dari daratan
    2. pantai yang pengaruh pengangkatan resen dari daratan mengakibatkan pantai naik
    3. pantai lipatan dan sesar
    4. pantai lainnya (fyord dan vulkanik)
4. Klasifikasi menurut Valentin (1952)
            klasifikasi pantai menurut Valentin 1952 berdasarkan perkembangan garis pantai maju atau mundur. Pantai maju dapat disebbkan oleh pengangkatan pantai atau progradasi, sedangkan pantai mundur dapat disebabkan oleh pantai tenggelam atau retrogradasi oleh erosi. Klasifikasi pantai menurut Valentin adalah sebagai berikut;
  1. Pantai maju
1. akibat penaikan
a. pantai dasar laut naik
2. akibat organik
b. pitogenik (terbentuk oleh vegetasi) pantai mangrove
c. zoogenik (terbentuk oleh binatang) pantai karang
3. akibat deposisi unorganik
d. deposisi marin yang pasang-surutnya  lemah: pantai lagoon-penghalang, pantai bergumuk pasir
e. deposisi marin yang pasang-surutnya kuat: rataan lumpur, pantai pulau penghalang
f. deposisi fluvial: pantai delta

  1. pantai mundur
1. akibat penenggelaman bentuklahan glasial:
g. erosi glasial tertekan: pantai fyord-skerry
h. erosi glasial tidak tertekan: pantai fiard-skerry
i. deposisi glasial: pantai moraina
2. akibat penenggelaman bentuklahan tererosi fluvial
j. pada struktur lipatan muda: pantai teluk lahan atas
k. pada struktur lipatan tua: pantai ria
l. pada struktur horizontal: pantai teluk plato,
3. akibat erosi marin
m. pantai cliff (terjal)
Klaifikasi pantai menurut Valentin secara garis besar dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti pada Gambar 3.1.            

Gambar 3.1. Klafisikasi Pantai Menurut Valentin 1952, dalam Bird, 1969

5. Klasifikasi pantai menurut John Petick (1972)
Dasar klasifikasi pantai menurut John Petick ini berdasrkan pada geomorfologi dan struktur batuan yang menyusun pantai:
    1. Pantai akresi
a. pantai bergumuk: biting gisik, bura (spit)
b. pantai delta: tanpa tenaga gelombang kuat dan tenaga gelombang yang kuat
    1. pantai erosif
a. teras marin
b. teras cliff
c. teras cliff dengan longsoran
    1. pantai atas dasar struktur
a. pantai bold: berkembangan pada batuan yang resisten
b. pantai rendah: berkembang pada dataran aluvial pantai
6. Inman dan Nordstorm membuat klasifikasi pantai atas dasar kedudukannya dalam lempeng tektonik, yang pembagiannya adalah sebagai berikut:
  1. pantai bertabrakan: terbentuk pada pertemuan lempeng
a.       pantai tabrakan kontinen: terjadi bila suatu tepian kontinen terletak di sepanjang zone pertemuan
b.       pantai tabrakan kepulauan: terjadi bila tidak ada tepian kontinen yang terletak si sepanjang zone pertemuan
  1. pantai memisah: terbentuk pada tepi dua lempeng
a.       pantsi memisah baru: terbentuk bila suatu zone penjalaran baru sedang dalam proses pemisahan suatu massa daratan
b.       pantai memisah afro: terjadi bila pantai kontinen yang berlawanan juga sedang memisah
c.       pantai memisah-amero: terjadi bila pantai kontinen yang berlawanan adalah pantaai yang saling bertabrakan
3. pantai merginal: terjadi bila suatu pantai dari lempeng bertemu dengan jalur kepulauan
           
I.        Pertanyaan/Tugas

1.       jelaskan klasifikasi pantai berdasarkan genesisnya?
2.       jelaskan klasifikasi pantai berdasarkan geomorfologi dan strukturnya?
3.       jelaskan maksud dari gambar klasifikasi pantai menurut Valentin?
4.       jelaskan apa yang dimaksud dengan pantai emergence?
5.       jelaskan apa yang dimaksud dengan pantai subemergence?


II.      Sumber

Dahuri, H., Rais, J., Ginting, S.P., Sitepu, M.j., 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Pradnya Paramita, Jakarta.

Bird, 1969. Coasts. Massachusetts Institute of Technology,Cambridge, London. England

Pethick, John, 1984. An introduction to Coastal Geomorphology, Edward Arnold. Australia

Sutikno, 1993. Kharakteristik Bentuk dan Geologi Pantai di Indonesia. Diklat PU WIL. III Direktorat Jendral Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta

Karakteristik, Struktur dan Dinamika Ekosistem Pesisir dan Lautan


3.1. Zonasi Wilayah Pesisir dan Lautan
            Ekosisiten laut dapat dipandang dari dimensi horizontal dan vertikal. Secara horizontal, laut dapat dibagi menjadi dua yaitu laut pesisir (zona neritik) yang meliputi daerah paparan benua, dan laut lepas (lautan atau zona oseanik). Pemintakatan atau zonasi (zonation) perairan laut dapat pula dilakukan atas dasar faktor-faktor fisik dan penyebaran komunitas biotanya. Seluruh perairan laut terbuka disebut sebagai daerah pelagis. Organisme pelagis adalah organisme yang hidup di laut terbuka dan lepas dari dasar laut. Zona dasar laut berserta organismanya disebut daerah dan organisme bentik.
            Pembagian wilayah laut secara vertikal dilakukan berdasarkan intensitas cahaya matahari yang memasuki kolom perairan, yaitu zona fotik dan zona afotik. Zona fotik adalah kolom perairan laut yang masih mendapatkan cahaya matahari. Pada zona inilah proses fotosintesa serta berbagai macam proses fisik, kimia, dan biologi berlangsungyang antara lain dapat mempengaruhi distribusi unsur hara dalam perairan laut, penyebaran gas-gas dari atmosfer, dan pertukaran gas yang dapat menyediakan oksigen bagi organisme nabati laut. Zona ini disebut juga sebagai zona epipelagis.pada umumnya batas zona fotik adalah hingga kedalaman 50-150 m. Zona afotik adalah daerah yang secara terus menerus dalam keadaan gelap, tidak mendapatkan cahaya matahari. Secara vertikal zona afotik pada kawasan pelagis juga dapat dibagi lagi kedalam beberapa zona, yaitu;
  1. zona mesapelagis, zona ini merupakan bagian teratas dari zona afotik sampai kedalaman 700-1.000 m atau hingga isoterm 100 C,
  2. zona batipelagis terletak pada daerah yang memiliki suhu berkisar antara 100-40 C dengan kedalaman antara 700-1.000 m dan 2.000-4.000 m,
  3. zona abisal pelagis terletak di atas dataran pasang surut (pasut) laut sampai kedalaman 6000 m,
  4. zona hadal pelagis zona ini merupakan perairan terbuka dari palung laut dalam dengan kedlaman 6.000-10.000 m.
Pembagian zona dasar laut atau bentik berkaitan erat dengan ketiga zona pelagis afotik yang telah diuraikan di atas. Zona batial adalah daerah dasar yang mencakup lereng benua sampai kedalaman 4.000 m. Zona abisal termasuk dataran abisal yang luas dari palung laut dengan kedalaman antara 4.000-6.000 m. Zona hadal adalah zona pada palung laut dengan kedalaman antara 6.000-10.000 m. Zona bentik di bawah zona neritik pelagis pada paparan benua disebut sublitoral atau zona paparan. Zona ini dihuni oleh berbagai organisme dan terdiri atas berbagai komunitas seperti padang lamun, rumput laut, dan terumbu karang. Daerah pantai yang terletak antara pasang tertinggi dengan surut terendah disebut zona intertidal atau litoral. Zona litoral merupakan daerah peralihan antara kondisi lautan ke kondisi dataran sehingga berbagai macam organisme terdapat dalam zona ini.

3.2. Geologi Wilayah Pesisir dan Lautan    
            Menurut salah satu teori (teori lama dan konvensional), secara geografis perairan Indonesia terbagi atas dua kawasan yaitu kawasan barat Indonesia dan kawasan timur Indonesia. Kawasan barat Indonesiakecuali Kalimantan dicikan oleh kawasan vulkanik, sedangkan kawasan timur Indonesia kecuali Sulawesi dicirikan oleh kawasan nonvulkanik. Kawasan timur Indonesia di kebanyakan tempat didapati batuan tua berumur pra-tertier yang disebut batuan sekis kristalin. Jauh sebelum keadaan seperti tersebut di atas seorang ahli bernama Abendanon menyebutkan bahwa pernah suatu ketika Indonesia seluruhnya berupa daratan yang disebut Dataran Aquinoctia berumum kambrium. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa hal tersebut dimungkinkan karena tidak dijumpainya batuan sedimen berumum kambrium yang dicirikan oleh fosil trilibita, sehingga disebutkan bahwa Indonesia saat itu merupakan sumber detritus dimana material tersebut diendapakan pada cekungan Westralia. Versi mutakhir yang menjelaskan bentuk nusantara dan lebih populer adalah konsep tektonik lempeng (plate tectonic). Konsep ini dapat menjelaskan lebih gablang tentang asal-usul gunungapi Indonesia, dan menjelaskan fenomena-fenomena geologi serta dapat memperkirakan keberadaan daerah yang berpeluang memiliki sumberdaya mineral untuk bahan pertambangan.
            Bentuk wilayah pesisir yang terletak di antara daratan dan lautan selain ditentukan oleh kekerasan (resistivity) batuan, pola morfologi, juga ditentukan oleh tahapan tektoniknya apakah stabil atau labil. Dalam batasa geologi bentuk pesisir terdiri atas bentuk pantai berundak, terjadi di wilayah pengangkatan aktif, dan prosesnya sampai saat ini masih terus berjalan. Contohnya pesisir di pulau Timor, dimana pantainya dibentuk oleh undak-undak terumbu karang, setriap undak terbentuk pada periode waktu yang berlainan, umur saat terjadi pembentukan undak dari fosil Tridacna secara penanggalan radiometri (radomatric dating), bentuk pantai terjal, selain dikontrol oleh adanya struktur geologi, seperti adanya pesesaran/patahan, juga keberadaan batuan dasarnya yang sangat resisten terhadap abrasi gelombang laut. Bentuk pantai landai, selain dikontrol oleh jenis batuan alasnya yang relatif lunak juga terletak di daerah yang relatif stabil dari kegiatan tektonik atau daerah tingkat pasca tektonik (post tectonik stage), sehingga proses erosi-pengangkutan-pengendapan berjalan tanpa gangguan kegiatan tektonik, contohnya pantai utara jawa.
            Gambaran relief (topografi) dasar laut perairan Indoneiamerupakan yang terunik di dunia. Selain itu semua tipe topografi dasar laut terdapat di perairan Indonesia seperti paparan (shelf) yang dangkal, depresi yang dalam dengan berbagai bentuk (bsin, palung), berbagai bentuk elevasi berupa punggungan (rise, ridge), gunung bawah laut (sea mount), terumbu karang dan sebagainya (Nontji, 1987). Berdasarkan jenisnya, di dunia terdapat tiga jenis paparan benua yaitu;
1. paparan Glacial, umumnya ditemukan pada sungai-sungai yang tidak memiliki aktivitas gletser (pencairan es). Bentuk paparan ini cenderung tidak beraturan, dan memiliki dasar yang berlumpur,
2. paparan sungai, lazim ditemukan pada sungai-sungai yang tidak memiliki delta yang luas, dari pinggir luar delta terjadi kemiringan yang landai ke arah laut, kedalaman paparan ini 11 m,
3. beberapa paparan benua memiliki pola sepertilembah denritik. Jenis paparan ini mula-mula dangkal kemusian tepi luarnya ke arah laut sering dijumpai lereng yang curam, sebagai hasil kegiatan gletser pada masa lalu. 
Kompleksnya topografi dasar laut Indonesia disebabkan oleh di kawasan ini terjadi benturan atau gesekan antara empat lempeng litosfer yakni lempeng Eurasia, Filipina, Pasifik, dan Indo-Australia. Di Indonesia bagian timur terjadi pertemuan tiga lempeng global yaitu; lempeng Australia yang menunjang ke arah Indonesia secara tegak lurus ke arah utara, lempeng Pasifik yang menunjam ke arah utara Irian Jaya (Papua) dan lempeng laut Filipina ke arah Halmahera. Dengan demikian Indonesia bagian timur merupakan suatu wilayah yang sangat seismik aktif dengan pusat-pusat gempa bumi pada jalur-jalur penunjaman lempeng. Gmpa bumi tektonik yang terjadi pada batas lempeng yang menunjam ke bawah dasar laut akan mengakibatkan juga tsunami, gelombang pasang yang menerjang pantai-pantai yang berhadapan dengan darah penunjaman.
3.3.  Geomorfologi dan Fisiografi Wilayah Pesisir
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentang alam (land scape), yang meliputi sifat dan karakteristik dari bentuk morfologi, klasifikasi dan perbedaannya serta proses yang berhubungan terhadap pembentukan morfologi tersebut. Secara garis besar bentuk permukaan bumi sekarang ini terbentuk oleh beberapa proses alamiah, antara lain; (1) proses yang berlangsung dari dalam bumi (endogen), yang membentuk morfologi gunungapi, bentuk pegunungan lipatan, pegunungan patahan, dan undak pantai, (2) proses desintegrasi/degradasi yang mengubah bentuk permukaan bumi karena proses pelapukan (kimia, fisika) dan erosi menuju proses perataan daratan, (3) proses agradasi yang membentuk permukaan bumi baru dengan penumpukan/akumulasi hasil rombakan/erosi batuan pada daerah yang rendah, pantai dan dasar laut, (4) proses biologis yang membentuk dataran bigenic seperti terumbu karan dan rawa gambut. Proses lain yang sering berinteraksi dengan empat proses umum di atas, dalam banyak hal ikut memberi kontribusi terhadap kecepatan pembentukan bentuk morfologi yang ada seperti penggundulkan hutan yang mempercepat erosi dan sedimentasi pantai, perubahan iklim global, pembuatan bendungan dan kontruksi teknik sipil lain dan sebagainya. Untuk daerah pesisir dan lautan, konsep bentuk morfologi di atas secara umum berlaku pula dalam proses pembntukan morfologinya, meskipun proses yang berlangsung lebih spesifik. Parameter oseanografi seperti pasang- surut, ombak, arus laut memegang peranan yang dominan dalam pembentukan morfologi pantai.
Ombak merupakan salah satupenyebab (agent) yang berperan besar dalam pembentukan pantai. Ombak yang terjadi di laut dalam umumnya tidak berpengaruh terhadap dasar laut dan sedimen yang terdapat di dasarnya. Sebaliknya, ombak yang terdapat dekat pantai terutama di daerah pecahan gelombang (breaker zone) mempunyai eeenergi yang besar dan sangat berperan dalam pembentukan morfologi pantai, seperti menyeret sedimen (umumnya pasir dan kerikil) yang ada di dasar laut untuk ditumpuk dalam bentuk gosong pasir (sand bar). Badai laut (strorm) dan tsunami yang membentuk ombak yang sangat tinggi bahkan dapat memindahkan fragmen sedimen yang berukuran lebih besar (kerikil) dari dasar laut kedaratan. Di samping mengakut sedimen ombak juga berperan sangat dominan dalam menghancurkan daratan (erosi laut). Daya penghancur ombak terhadap daratan/batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lai keterjalan garis pantai, kekerasan batuan, rekahan pada batuan, kedalaman laut didepan pantai, bentuk pantai, terdapat atau tidaknya penghalang (barrier) di muka pantai dan sebagainya.
Berbeda dengan ombak yang bergerak maju ke arah pantai, terutama yang mengalair sepanjang pantai (longshore current) atau arus litoral., merupakan penyebab utama yang lain dalam membentuk morfologi pantai. Arus laut terbentuk oleh angin yang bertiup dalam selang waktu yang lama, dapat pula terjadi karena ombak yang membentur pantai secara miring. Berbeda dengan peran ombak yang mengangkut sedimen yang tegak lurus terhadap arah ombak, arus laut mampu membawa sedimen yang mengapung (suspended sediments) maupun yang terdapat di dasar laut. Pergerakan sedimen searah dengan arah pergerakan arus,umumnya menyebar sepanjang garis pantai. Bentuk morfologi yang dihasilkan oleh arus laut berupa spit, tombolo, beach rigdes atau akumulasi sedimen di sekitar jetty dan tanggul pantai menujukkan hasil kerja arus. Dalam hal tertentu arus laut dapat pula berfungsi sebagai penyebab terjadinya abrasi pantai.
Pengaruh pasang-surut laut terhadap pembentukan morfologi pantai tidak terlalu besar dibandingkan dengan pengruh ombak dan arus laut. Meskipun demikian, pasang-surut laut mempengaruhi dinamika air disekitar pantai. Pergerakan air akibat pasang-surut dapat diamati dalam estuaria atau muara sungai yang lebar. Di tempat seperti itu, pada saat air tawar mengalir ke arah laut di atas massa air asin yang bergerk ke arah darat. Pergerakan air asin ke arah darat akan mengangkat massa air tawar lebih ke atas dan sering kali meluap melampaui tanggul sungai. Bersamaan dengan melimpahnya air tersebut, suspensi sedimen akan terbawa dan mengendap di luar lembahnya. Sebaliknya pada waktu surut massa air asin akan bergerk ke arah laut serta pemperlancar aliran air tawar di atasnya. Arus pasang-surut yang terjadi umumnya tidak terlalu kuat untuk mengakat sedimen berbutir kasar kucualisedimen berbutir halus (lempung).
Keseimbangan anatara sedimen yang dibawa sungai dengan kecepatan pengangkutan sedimen di muara sungai akan menentukan berkembangnya dataran pantai. Apabila jumlah sedimen yang dibawa ke laut dapat segera diangkut oleh ombak dan arus laut, maka pantai akan dalam keadaan stabil. Sebaliknya apabila jumlah sedimen melebihi kemampuan ombak dan arus laut dalam mengangkutnya, maka dataran pantai akan bertambah. Kasus terakhir terlihat dalam pembentukan dataran delta.
3.4. Struktur dan Tipologi Ekosistem Pesisir dan Lautan
            sebagai wilayah peralihan, ekosistem pesisir memiliki struktur komunitas dan tipologi yang berbeda dengan ekosistem lainnya. Untuk lebih memahami struktur komunitas dan tipologi ekosistem tersebut di atas, maka berikut ini akan diuraikan secara rinsi:

3.4.1. Struktur Ekosisten Pesisir dan Lautan
            dalam ekosistem perairan (tawar, pesisr, dan lautan) berbagai jasad hidup (biotik) dan lingkungan fisik (abiotik) merupakan satu kesatuan yang tiak dapat dipisahkan dan saling terkait. Dua komponen ini saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, sehingga terjadi pertukaran zat (energi) di antara keduanya.
            Komponen abiotik merupakan faktor pendukung bagi kelangsungan hidup organisme. Dalamekosistem pesisir, komponen abiotik tersebut terdiri atas unsur dan senyawa anorganik, senyawa organik dan iklim. Unsur dan senyawa anorganik adalah C,N, CO2, dan H2O. Sedangkan senyawa organik terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, dan protein. Faktor iklim yang memegang peranan penting dalam perairan adalah suhu. Ekosistem pesisir memiliki struktur yang khas, hal ini disebabkan ekosistem tersebut merupakan daerah peralihan antara ekosistem daratan dan ekosistem lautan. Secara umum ekosistem perairan pesisir terdiri atas produser, konsumer, dan pengurai.
            Organisme produser adalah organisme yang dapat menghasilkan makanan sendiri melalui proses fotosintesis. Komponen produser terdiri atas produser makro dan mikro. Komponen-komponen makro ini termasuk barbagai jenis rumput laut yang ada dalam perairan, sedangkan produser mikro adalah berbagai jenis fitoplankton yang berukuran relatif kecil. Organisme konsumen merupakan organisme yang memanfaatkan hasil dari aktivitas organisme produsen. Komponen konsumer makro terdiri atas berbagai jenis ikan, mamalia, krustasea, dan berbagai jenis organisme laut lainnya, sedangkan komponen konsumer mikro terdiri atas jenis-jenis zooplankton yang sangat kecil.
            Organisme pengurai (dekomposer) adalah organisme yang melakukan perombakan atas berbagai materi organik yang dimanfaatkan kembali oleh seluruh komponen biologi (tumbuhan air) yang adan. Komponen pengurai di aperairan pesisir didominasi oleh berbagai jenis bakteri.
3.4.2. Tipologi Ekosistem Pesisir
            Tipe ekosistem pesisir Indonesia beserta daerah penyebarannya dapat dideskripsikan sebagai berikut (Kartawinata dan Soemodihardjo, 1976, Nontji, 1987, dalam Dahuri, dkk, 2001).
A. Ekosistem Pesisir yang Secara Permanen atau Berkala Tergenang Air
1. Hutam Mangrove
            hutan mangrove sering disebut sebagai hutan pantai, hutan pasang-surut , hutan payau, atau hutan bakau. Akan tetapi, hutan bakau sebenarnya hanya merupakan nama dari salah satu jenis tumbuhan yang menyusun hutan mangrove, yaitu jenis Rhizopora spp.hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika  yang khas tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombakdan daerah yang landai. Mongrove tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur. Tumbuhan mangrove memiliki daya adaptasi yang khas untuk dapat terus hidup ddi perairan laut dangkal. Daya adaptasi tersebut meliputi (Nybakken, 1988, dalam Dahuri, dkk, 2001);
  1. perakaran yang pendek dan melebar luas, dengan akar penyangga atau tudung akar yang tumbuh dari batang dan dahan sehingga menjamin kokohnya batang,
  2. berdaun kuat dan mengandung banyak air,
  3. mempunyai jaringan internal penyimpan air dan konsentrasi garam yang tinggi. Beberapa tumbuhan mangrove mempunyai kelenjar garam yang menolong keseimbangan osmotik dengan mengeluarkan garam
Parameter lingkungan yang menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan hutan mangrove yairu; 
  1. suplai air tawar dan salinitas
ketersediaan air tawar tergantung pada: (a) frekuensi dan volume air dari sistem sungai dan irigasi dari darat, (b) frekuensi dan volume air pertukaran pasang-surut, dan, (c) tingkat evaporasi ke atmosfer.
  1. pasokan nutrien
pasokan nutrien bagi ekosistem mangrove ditentukan oleh berbagai proses yang saling terkait, meliputi input dari ion-ion mineral anorganik dan bahan organik serta pendaurulangan nutrien secara internal melalui jaring-jaring makan berbasis detritus (detrital food web). Konsentrasi relatif dan nisbah (rasio) optimal dari nutrien yang diperlukan untuk pemeliharaan produktivitas ekosistem mangrove ditentukan oleh; (1) frekuensi, jumlah dan lamanya penggenangan oleh air asin atau air tawar, (2) dinamika sirkulasi internal dari kompleks detrrritus (Odum, 1992, dalam Dahuri, 2001).
  1. stabilitas substrat
ketabilan substrat, rasio antara erosi dan perubahan letak sedimen diatur oleh velositas air tawar, muatan sedimen, semburan air pasang-surut dan gerak angin. Arti penting dari perubahan sedimen terhadap spesies hutan mangrove tergambar dari kemampuan hutan mangrove untuk menahan akibat yang menimpa ekosistemnya. Pokok-pokok perubahan sedimentasi dalam ambang batas krritis meliputi; (a) penggumpalan sedimen yang diikuti oleh kolonisasi oleh hutan mangrove,(b) nutrien, bahan pencemar dan endapan lumpur yang dapat menyimpan nutrien dan menyaring bahan beracun (waste toxic).
2. Padang Lamun (sea grass beds)
            Lamun (sea grass) adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut. Lamun hidup di perairan dangkal agak berpasir sering juga dijumpai di terumbu karang. Padang lamun ini merupakan ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya. Secara ekologis padang lamun memiliki beberapa fungsi penting bagi daerah pesisir yaitu;
  1. sumber utama produktivitas primer,
  2. sumber makanan penting bagi organisme (dalam bentuk detritus),
  3. menstabilkan dasar yang lunak, dengan sistem perakaran yang padat dan saling silang,
  4. tempat berlindung organisme,
  5. tempat persebaran bagi beberapa spesies yang menghabiskan massa dewasanya di lingkungan ini, misalnya udang dan ikan beronang,
  6. sebagai peredam arus sehingga menjadikan perairan di sekitarnya tenang,
  7. sebagai tudung pelindung dari panas matahari yang kuat bagi pnghuninya (Nybakken, 1988).  
Parameter lingkungan utama yang mempengaruhi kelestarian padang lamun ditentukan oleh beberapa parameter. Parameter lingkungan yang paling penting adalah: (!) kecerahan, (2) temperatur, (3) salinitas, (4) subtrat, (5) kecepatan arus perairan.
  1. kecarahan
kebutuhan padang lamun akan intensitas cahaya yang tinggi untuk membantu proses fotosintesis diperlihatkan dengan observasi dimana dstribusi padang lamun terbatas pada kedalaman tidak lebih dari 10 m. Beberapa aktivitas yang meningkatkan muatan sedimentasi pada badan air akan berakibat pada tingginya tubiditas residu sehingga berpotensi untuk mengurangi penetrasi cahaya. Hal ini dapat mengganggu produktivitas primer dari ekosistem padang lamun.
  1. temperatur
walaupun spesies padang lamun menyebar luas secara geografi dan hal ini mengidentifikasikan adanya kisaran yang luas terhadap toleransi temperatur, tetapi spsies padang lamun daerah tropik mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan iklim. Kisaran temperatur optimal bagi spssies padang lamun adalah 280-300 C dan kemampuan proses fotosintesis  akan menurun dengan tajam apabila temperatur perairan berada di luar kisaran optimal tersebut.
  1. salinitas
walaupun spesies padang lamun memiliki toleransi terhadap salinitas yang berbeda-beda, namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebih lebar terhadap salinitas yaitu antara 10400/00. nilai optimun toleransi terhadap salinitas di air laut adalah 350/00. penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan fososintesis spesies ekosistem padang lamun.
  1. substrat
padang lamun hidup pada berbagai macam tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai sedimen dasar yang terdiri atas 40% endapan lumpur dan finemud. Kebutuhan substrat yang paling utama bagi pengembangan padang lamun adalah kedalaman sedimen yang cukup. Peranan kedalam substrat dalam stabilitas sedimen mencakup dua hal yaitu; (1) perlindungan tanaman dari arus air laut, (2) tempat pengolahan dan pemasok nutrien.  
  1. kecepatan arus
produktivitas padang lamun tampak dari pengaruh keadaan kecepatan arus perairan. Dari beberapa contaoh padang lamun menunjukkan produksi standing crop 262 gram berat kering/m2 dimana produksi totalnya adalah 4.570 gram berat kering/m2.
3. Terumbu Karang (coral reef)
            Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis. Meskipun terumbu karang ditemukan di seluruh perairan dunia, tetapi hanya di daerah tropis terumbu karang dapat berkembang dengan baik. Terumbu karang terbentuk dari endapat-endapan masif terutama kalsium karbonat yang dihasilkan oleh organisme karang (filum scnedaria, klas anthozoa, ordo madreporaria scleractinia), alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat (Nybakken, 1988, dalam Dahuru, dkk, 2001). Distribusi dan stabilitas terumbu karang bergantung pada beberapa parameter fisika yaitu; (1) kecerahan, (2) temperatur, (3) salinitas, (4) kecepatan arus air, sirkulasi dan sedimentasi.
  1. kecerahan
Radiasi sinar matahari memegang peranan penting dalam pembentukan karang. Penetrasi sinar menentukan kedalaman dimana proses fotosintesis terjadi pada organisme alga bentik dan zooxanthellae dari jaringan terumbu. Produksi primer yang dihasilkan oleh terumbu karang dakibatkan oleh aktivitas  zooxanthellae. Sehingga distibusi vertikal terumbu karang hanya mencapai kedalam efektif sekitar 10 m dari permukaan laut. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan sinar matahari masih dapat terpenuhi pada kedalam tersebut.
  1. temperatus
Terumbu karang tumbuh optimal pada kisaran suhu antara 250-290.namun suhu di luar kisaran tersebut masih bisa ditolerir oleh spsies tertentu dari terumbu karang untuk dapat berkembang dengan baik.

  1. salinitas
Banyak spesies terumbu karang yang peka terhadap perubahan salinitas yang (naik-turun) besar. Umumnya, terumbu karang dengan baik di sekitar area pesisir dengan salinitas 30350/00. meskipun terumbu karang mampu bertahan pada salinitas di luar kisaran tersebut, namun pertumbuhannya kurang baik dibandingkan pada salinitas yang normal.
  1. kecepatan arus air, sirkulasi dan sedimentasi
Kondisi sedimen yang tinggi akan menyebabkan turunnya kualitas terumbu karang. Hal ini dapat diterangkan dengan adanya suspensi dan sedimentasi yang mengganggu respirasi dari terumbu karang. Selain itu juga dapat mengganggu kebiasaan makan terumbu karang.
4. Rumput Laut (sea weeds)
            Rumput laut tumbuh pada perairan yang memiliki substrat keras yang kokoh untuk tempat melekat. Tumbuhan rumput laut ini hanya dapat hidup pada perairan yang cukup mendapat cahaya. Pada perairan yang jernih rumput laut dapat tumbuh hingga kedalaman 20-30 m. Tumbuhan rumput laut juga dipengaruhi oleh suhu. Padang rumput laut tidak terdapat pada daerah sedang, hangat dan tropis tetapi tumbuh pada perairan yang sejuk.   Rumput laut mendapat makanan langsung dari air laut. Nutrien dihantarkan langsung melalui upwelling, turbulensi dan masukan dari daratan. Parameter lingkungan utama untuk ekosistem rumput laut adalah (1) kekeruhan/kecerahan air, (2) kandungan padatan terlarut dan tersuspensi, (3) arus laut.
5.  Estuaria
Estuaria adalah teluk di pesisir yang sebagian tertutup, tempat air tawar dan air laut bertemu dan bercampur. Kebanyakan estuaria didominasi oleh substrat berlumpur. Substrat berlumpur ini merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut. Diantara partikel yang mengendap di estuaria kebanyakan bersifat organik. Ada tiga komponen fauna di estuaria yaitu fauna lautan, air tawar, dan payau atau estuaria. Paameter lingkungan utama untuk ekositem estuariaadalah (1)alran sungai, seperti limbah, toksikan, sedimen dan nutrien, (3) sifat-sifat fisik air laut, seperti pasang-surut, arus laut, dan gelombang.
6.  Pantai Berpasir (sandy beach)
Kebanyakan pantai berpasir dterdiri atas kwarsa dan felsfar,bagian yang paling banyak dan keras sisa-sisa pelapukan batu di gunung.  Di daerah tertentu lainnya sisa-sisa pecahan terumbu karang yang dominan. Pantai berpasir dibatasi hanya di daerah dimana gerakan air yang kuat mengangkut partikel-partikel yang halus dan ringan. Parameter utama bagi daerah pantai berpasir adalah; (1) pola arus yang akan mengangkut pasir yang halus, (2) gelombang yang akan melepaskan energinya di pantai, (3) angin yang juga sebagaimedia pengangkut pasir.
7.  Pantai Berbatu (rocky beach)
Pantai berbatu merupakan pantai yang berbatu-atu memanjang ke arah laut dan terbenam air. Batu yang terbenam di air ini menciptakan zonasi habitat karena adanya perubahan naik-turunnya permukaan air laut akibat proses pasang yang menyebabkan adanya bagian yang selalu tergenang air, selalu terbuka terhadap matahari,serta zona di antaranya yang tergenang pada pasang naik dan terbuka pada pasang-surut. Parameter utama yang sangat mempengaruhi kondisi pantai berbatu adalah: (1) fenomena pasang, dinamikanya sangat berpengaruh terhadap biota yang menginginkan kondisi alam yang bergantian antara tergenang dan terbuka, (2) gelombang, energi yang dihempaskan bisa merusak komunitas biota yang menempel di batu-batuan, terutama pada batu yang langsung menghadap ke laut.

8. Pulau-Pulau Kecil (small Islands)
Pulau kecil adalah pulau yang berukuran kecil yang secara ekologis terpisah dari pulau induknya (mainland). Pulau ini akan mendapat tambahan spesies  dari pulau induk dan sebaliknya dalam waktu yang bersamaan akan kehilangan spesies yang sudah ada karena kompetisi lalu punah atau pindah ke pulau lainnya. Pertambahan dan pengurangan jumlah spesies ini berlangsung terus menerus sampai akhirnya akan terbentuk keseimbangan spesies, yang jumlahnya tergantung pada besar-kecilnya pulau dan jarak pulau tersebut dari pulau induknya. Parameter utama yang mendukung ekosistem ini adalah parameter yang berkaitan dnga terjaminnya kondisi alam ekosistem tersebut.
9. Laut Terbuka (lautan)
Laut terbuka biasanya sangat berstratifikasi dan beragam secara horizontal dan musiman. Lapisan eufotik, dimana cahaya cukup kuat untuk keperluan produksi primer, biasanya mencapai 50 m, bergantung pada daerahnya. Dibandingkan dengan ekosistem pesisir, perairan ini umumnya memiliki produktivitas biologis yang lebih tersebar dan memiliki keragaman spesies yang jauh lebih rendah. Parameter utama dari ekosisten ini adalah: (1) angin, peran dalam pembentukan arus dan percampuran partikel,(2) suhu, (3) cahaya.       
           
I.        Pertanyaan/Tugas
1.       jelaskan karakteristik geologi dan geomorfologi wilayah pesisir?
2.       jelaskan batasan zonasi pesisir secara horizontal dan vertikal?
3.       jelaskan parameter utama dari ekosistem wilayah pesisir ang tegenang air laut?
4.       jelaskan akibat kerusakan terumbu karang terhadap ekosistem di wilayah pesisir dan lautan?
5.       jelaskan fungsi padang lamun terhadap dinamika garis pantai?

II.      Sumber

Dahuri, H., Rais, J., Ginting, S.P., Sitepu, M.j., 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Pradnya Paramita, Jakarta.

Nykbakken, J.W,. 1988. Marine Biology. An Ecological Appraoach. Penerjemah: M. Eidman dkk. 1988. Gramedia. Jakarta.

Odum, 1976. Ecological Guidelines for Tropical coastal Development. International Union for Conservation of nature and Natural Resources. Margos

Sebaran Wisata di Nagari Sungai Pinang