Labels

Geografi (10) Islam (53) Kuliah (5) Peta (6) Power Point (4) Skripsi (1) Tokoh (1) Video (1)

Klasifikasi Pantai dan Lautan

3.1. Bentanglahan Pantai Akibat Erosi
Bentang alam pantai dikontrol oleh aksi alamiah yang berkerja secara terus menerus. Pada adasarnya dapat dikelompokkan dua macam aksi alamiah yaitu yang bersifat menghancurkan (destruktif) dan bersifat membangun dengan cara pengendapan (konstruktif/deposisional).
Gaya erosi yang bekerja di daerah pantai, terutama berasal dari gelombang laut, kemudian dibantu oleh arus laut, pasang surut, hembusan angin dan air hujan disebut dengan abrasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan erosi pantai:
a.  Gelombang dan arus laut, merupakan faktor utama penyebab dari erosi marine.
b.  Influk material dari daratan
a.                   Macam dan resistensi batuan
b.                     Kedalaman laut lepas pantai
f.                    Keterbukaan pantai terhadap serangan ombak
g.                   Aktifitas manusia dalam melindungi pantai
h.                   Sifat-sifat struktur dari batuan seperti arah banyaknya rekahan atau sesar
i.                     Stabilitas posisi garis pantai (shore line), misalnya terdapat barierreef pada panti tersebut.
1.       Beberapa Kenampakan Hasil Erosi Pantai:
a.                   Dataran abrasi, yaitu suatu daratan hasil pengendapan dari  abrasi gelombang laut;
b.                   Geos, yaitu celah sempit dan dalam yang terdapat pada tepi pantai;
c.                   Lengkungan alamiah yang terbentuk sebagai akibat hempasan gelombang laut;
d.                   Stacks yaitu lingkungan alamiah yang terpisah dari daratan karena runtuh; dan
e.                   Gua pantai (sea cave) yang terbentuk karena hempasan gelombang laut yang menghantam zona-zona yang lemah pada tebing pantai
Daerah pesisir merupakan daerah pantai dan sekitarnya yang masih terkena pengaruh langsung dari aktivitas marin. Berdasarkan morfologinya, daerah pesisir dapat dibedakan kedalam empat kelompok:

c.                   Daerah Pesisir Bertebing Terjal
Pesisir yang bertebing terjal di daerah tropika basah seperti Indonesia pada umumnya menunjukkan kenampakan yang mirip dengan lereng dan lembah pengikisan di daerah pedalaman. Sebatas daerah di atas ombak, lahan umumnya tertutup rapat oleh vegetasi, sedangkan bagian di bawahnya umumnya berupa singkapan batuan. Aktivitas pasang surut, dan gelombang mengikis bagian tebing ini sehingga membentuk bekas abrasi seperti:
a.  tebing terjal (cliff)
d.                   tebing tergantung (notch)
e.                   rataan gelombang (platform) dan bentuk lainnya

Gambar 2. Pantai Terjal (Cliff)
Daerah pesisir yang bertebing terjal, pantai biasanya berbatu-batu, berkelok-kelok, dengan terdapat pula banyak longsorlahan. Proses longsorlahan ini juga menjadikan tebing bergerak mundur, khususnya pada pantai yang aktif proses abrasinya. Jika batuan penyususn daerah ini  berupa batugamping atau batuan lain yang banyak memiliki sistem retakan (joints), air dari daerah pedalaman mengalir melalui sistem retakan tersebut dan muncul di daerah pesisir. Adakalanya tempat muncul air tawar ini jutru berada di bawah  permukaan air laut. Di Indonesia, pesisir bertebing terjal terdapat terutama di sepanjang pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, pantai Sulawesi dan pantai selatan pulau-pulau di Nusa Tenggara.

b.                  Daerah Pesisir Bergisik

Endapan pasir yang berada di daerah pantai umumnya memiliki lereng landai. Kebanyakan pasirnya berasal dari daerah pedalaman yang terangkut oleh aliran sungai kemudian   terbawa  arus   laut  sepanjang   pantai dan  selanjuytnya   dihempas   gelombang  ke darat. Oleh   karena  mataerial  asalnya    dari  sungai  maka    gisik  atau   pantai    berpasir  dapat  dijumpai   disekitar  dekat  muara   sungai. Sesuai   dengan   tenaa   pengangkutnya,    maka   ukuran  butir   akan  lebih  kasar  di dekat muara sungai   dan   berangsur  -angsur   semakin  halus  semakin menjauhi muara  . Pasir   yang  berasal dari bahan-bahan  vulkanik   pada   umumnya   berwarna gelap (hitam atau   kelabu)  sedangkan  yang berasal dari  koral   atau   batu gamping    berwarna  kuning    atau  putih.  Pantai  berpasir  kuarsa  juga berwarna    cerah, tetapi   tidak banyak   terdapat   di Indonesia.
Daerah   bagian  belakang   dari  pesisir   bergisik kebanyakan    memiliki   betting (=ridges= gundukan memanjang) yang   umumnya   terdiri dari   beberapa   jalur. Ciri ini   menandakan    daerah   pantai  yang   tumbuh,  dan garis   pantainya   relatif  lurus. Oleh karena   material penyusunnya    terutama pasir, daerah pesisir bergisik bersifat    porous, tidak subur, dan kebanyakan    berair asin. Hanya  jenis-jenis  tumbuhan tertentu   saja yang d apat    tumbuh  pada    lingkungan   semacam ini   yaitu jenis   Casuarina, Pandan, Calophylum, Inopphyllum dan  Barringtonia. Jenis   tumbuhan   ini   berakar panjang dan tahan kering. Beberapa kenampakan pantai begisik akibat hasil pengendapan (deposisional), seperti (1) spit yaitu endapan pantai dengan satu bagian tergabung dengan dataran dan bagian yan lainsedikit menjorok ke laut, (2) tombolo yaitu endapan tipis yang menghubungkan pulau dengan daraan, (3) Bars, hampir sama dengan spit tapi disini bars menghubungkan headland yang satu dengan yang lain, (4) yaitu daratan yang cukup luas, tersusun oleh endapan pasir atau kerikil.

Gambar . Tombolo
 c.   Daerah   pesisir  berawa  payau
Rawa  payau   juga  mencirikan   daerah  pesisir yang   tumbuh (accretion). Proses  sendimentasi merupakan   penyebab   bertambahnya    daratan  pada  medan ini.  Material penyusun umumnya   berbutir  halus   dan medan   ini berkembangnya   pada  lokasi    yang   gelombangnya    kecil atau  terhalang,  pada   pantai   yang  relatif  dangkal. Medan   ini sangat datar  dan  tergenang    pada saat    air laut pasang. Karena  airnya  payau  atau asin   daerah semacam ini terbatas  kemungkinan   pengembangannya. Hanya  jenis-jenis tumbuhan dan  hewan   tertentu  yang dapat hidup  .  Selain   itu material penyusunnya    yang   terutama   dari  bahan   halus, lembek, dan  drainasi jelek, daya   dukung tanah terhadap beban (bangunan  dll) juga rendah. Drainase jelek menjadikan    pembungan  limbah   tidak   lancar dan terdapat  genangan    dimana-mana.
Umumnya   rawa payau   ditumbuhi   bakau (mangrove) dari berbagai jenis , tetapi  ada pula   yang   diusahakan   dengan   pembuatan   tambak (kolam)  untuk pemeliharaan  ikan  khususnya    jenis  bandeng  dan    udang. Tumbuhan  bakau  pada  rawa  payau  dapat  memecahkan  gelombang  dan   menghalangi  pengikisan, dan  pantainya mengalami agresi (tumbuh) . Peranan bakau  dalam   merangsang    pertumbuhan   pantai   terbukti   jelass   jika  bakaunya   hilang   karena   mati  atau  ditebang habis. Jika    hal ini   terjadi   maka   proses   yang   berlangsung   kemudian   adalah   yang   sebaliknya. Pada  pantai yang  mengalami    agresi, umumnya    terdapat  urutan  (seguence) tumbuhan yang ada yaitu bakau di paling depan, dibelakangnya nipah, tumbuhan rawa air tawar atau hutan lahan basah. Batas teratas dari bakau setinggi batas air pasang maksimum. 

c.    Terumbu Karang
Terumbu karang terbentuk oleh aktivitas binatang karang dan jasad renik lainnya. Proses ini terjadi pada areal cukup luas di laut-laut di Indonesia terutama di laut Flores dan Laut Banda.
Menurut Bird dan Ongkosongo (1990) karang dapat tumbuh dan berkembang baik pada kondisi: (a) Air Jernih, tanpa sedimen, dasar alaut cukup keras, (b) Suhu tidak pernah kurang dari 180 C, (c)  Kadar garam antara 27-38 bagian per seribu, (d) laut tenang, gelombang tidak besar, gelombang besar akan merusak tubuh karang yang rapuh dan menghambat pertumbuhannya dan (e) sirkulasi air cukup lancer untuk persdiaan oksigen..
Berarti sebagian besar laut di Indonesia karang dapat tumbuh baik kecuali di laut  dangkal yang berlumpur seperti di dekat muara  sungai (kadar garam rendah dan berlumpur), daerah sebelah barat dan selatan Kalimantan, dan sebelah utara jawa. Walaupun demikian dibeberapa tempat didaerah tersebut misalnya di Teluk Jakarta terdapat pula secara lokal.
Bentuk-bentuk terumbu karang (1) fringing reef (karang pantai) yaitu karang tumbuh langsung melekat (berimpit) dengan pantai (daratan) tanpa lagoon atau genengan laut antara terumbu dengan dartan, (2) Barier reef, (karang tanggul) adalah pulau karang seperti tangguldan letaknya dimuka pantai yang dipisahkan oleh lagoon. (3) atol (karang cincin) adalah pulau karang yang terbentuknya seperti cincin.
Proses tektonik sering berpengaruh pula terhadap pertumbuhan turmbu karang. Cincin karang (atol) adalah merupakan hasil kombinasi proses aktivitas binatang karang dengan proses tektonik ang berupa “subsidence” (tanah turun). Terumbu karang yang muncul kepermukaan banyak terdapat di Indonesia. Pulau-pulau karang yang terangkat umumnya terdapat endapan puing dan pasir koral di lepas pantainya. Ukuran butir puing dan pasir lebih kasar kearah datangnya ombak yang lebih besar dan pasir atau yang lebih halus kearah membekangi ombak. Bagian ini kadang-kadang berselang-seling dengan lagun yang dangkal dan kadang-kadang ditumbuhi bakau.

3.2. Klasifikasi Pantai
Tujuan klasifikasi pantai adalah untuk menggolongkan pantai, sehingga setiap golongan mempunyai penciri utama yang dapat membedakan antara pantai yang satu dengan pantai yang lainnya. Dasar klsifikasi pantai cukup banyak, sehingga jarang ada klasifikasi yang dapat memenuhi semua aspek pantai sesuai dengan kepentingannya. Berikut ini akan dijelaskan klasifikasi pantai.
1. klasifikasi Gulliver (1889) yang dikembangkan oleh Johnson (1919), dengan dasar klasifikasi genetik. Dalam klasifikasi pantai berdasarkan genetiknya ini pantai dibagi dalam tiga kelas yaitu;
1. garis pantai tenggelam,
2. garis pantai terangkat,
3. garis pantai netral, yang bentuknya bukan sebagai akibat dari penenggelaman dan pengangkatan , tetapi oleh proses deposisi atau gerakan tektonik: garis pantai delta, dataran aluvial, garis pantai vulkanik, dan garis pantai sesar.

2. Klasifikasi Shepard (1948, 1964)
            Dasar klasifikasi pantai menurut shepard ini adalah berdasarkan genetik dengan penekanan pada bentuk yang dihasilkan oleh proses marin yaitu;
I.  Pantai primer atau muda akibat proses yang non marin
a.       terbentuk karena proses denudasi subaerial dan tenggelam oleh transgresi resen atau oleh penurunan daratan tepi laut:
1. muara sungai turun                 : pantai ria
2. muara lembah gletser turun     : pantai fyord
b.       terbentuk oleh proses depoisi subaerial
1. deposisi sungai
a.             pantai delta
b.             pantai dataran aluvial
2. deposisi glasial
a.             pantai morain yang tenggelam sebagian,
b.             pantai drumline yang tenggelam sebagian
c.             deposisi angin : pantai bergumuk pasir
d.             perluasan pantai oleh vegetasi: pantai mangrove
c.       terbentuk oleh aktivitas vulkanik
a.             pantai terbentuk deposisi vulkanik (lava),
b.             pantai dengan bentuk lengkung, akibat letusan vulkanik 
d.       terbentuk oleh gerakan tektonik
a.             pantai akibat sesar
b.             pantai akibat lipatan
II.pantai sekunder atau dewasa, yang terbentuk oleh tenaga marin:
a.       terbentuk oleh proses erosi marin
1.       pantai terjal (cliff) oleh erosi marin reguler
2.       pantai terjal oleh proses erosi yang kurang reguler
b.       terbentuk oleh proses deposisi marin
1.       pantai barrier (penghalang)
2.       pantai: cuspate foreland
3.       dataran gisik (beach plain)
4.       rataan lumpur atau rawa payau
c.       terentuk oleh proses organik
1.       pantai coral reef
2.       pantai surpulid reef
3.       pantai oyster reef
4.       pantai mangrove
5.       pantai rumput rawa payau
3. klasifikasi pantai menurut Cotton (1952)
Dasar klasifikasi yang digunakan Cotton adalah gerakan tektonik, yang secara garis besar dibedakan menjadi pantai stabil dan  pantai mobil. Rincian dari masing-masing kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Pantai daerah stabil; telah terpengaruh oleh penurunan laut resen:
    1. pantai yang didomonasi oleh kenampakan hasil penurunan resen
    2. pantai yang didomonasi oleh kenampakan hasil sisa dari kejadian pengangkatan masa lampau
    3. pantai lainnya (fyord, vulkanik)
  2. pantai daerah mobil; telah terpengaruh oleh pengangkatan atau depresi laut maupun oleh penurunan yang resen:
    1. pantai yang terpengaruh laut tidak diimbangi oleh pengangkatan dari daratan
    2. pantai yang pengaruh pengangkatan resen dari daratan mengakibatkan pantai naik
    3. pantai lipatan dan sesar
    4. pantai lainnya (fyord dan vulkanik)
4. Klasifikasi menurut Valentin (1952)
            klasifikasi pantai menurut Valentin 1952 berdasarkan perkembangan garis pantai maju atau mundur. Pantai maju dapat disebbkan oleh pengangkatan pantai atau progradasi, sedangkan pantai mundur dapat disebabkan oleh pantai tenggelam atau retrogradasi oleh erosi. Klasifikasi pantai menurut Valentin adalah sebagai berikut;
  1. Pantai maju
1. akibat penaikan
a. pantai dasar laut naik
2. akibat organik
b. pitogenik (terbentuk oleh vegetasi) pantai mangrove
c. zoogenik (terbentuk oleh binatang) pantai karang
3. akibat deposisi unorganik
d. deposisi marin yang pasang-surutnya  lemah: pantai lagoon-penghalang, pantai bergumuk pasir
e. deposisi marin yang pasang-surutnya kuat: rataan lumpur, pantai pulau penghalang
f. deposisi fluvial: pantai delta

  1. pantai mundur
1. akibat penenggelaman bentuklahan glasial:
g. erosi glasial tertekan: pantai fyord-skerry
h. erosi glasial tidak tertekan: pantai fiard-skerry
i. deposisi glasial: pantai moraina
2. akibat penenggelaman bentuklahan tererosi fluvial
j. pada struktur lipatan muda: pantai teluk lahan atas
k. pada struktur lipatan tua: pantai ria
l. pada struktur horizontal: pantai teluk plato,
3. akibat erosi marin
m. pantai cliff (terjal)
Klaifikasi pantai menurut Valentin secara garis besar dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti pada Gambar 3.1.            

Gambar 3.1. Klafisikasi Pantai Menurut Valentin 1952, dalam Bird, 1969

5. Klasifikasi pantai menurut John Petick (1972)
Dasar klasifikasi pantai menurut John Petick ini berdasrkan pada geomorfologi dan struktur batuan yang menyusun pantai:
    1. Pantai akresi
a. pantai bergumuk: biting gisik, bura (spit)
b. pantai delta: tanpa tenaga gelombang kuat dan tenaga gelombang yang kuat
    1. pantai erosif
a. teras marin
b. teras cliff
c. teras cliff dengan longsoran
    1. pantai atas dasar struktur
a. pantai bold: berkembangan pada batuan yang resisten
b. pantai rendah: berkembang pada dataran aluvial pantai
6. Inman dan Nordstorm membuat klasifikasi pantai atas dasar kedudukannya dalam lempeng tektonik, yang pembagiannya adalah sebagai berikut:
  1. pantai bertabrakan: terbentuk pada pertemuan lempeng
a.       pantai tabrakan kontinen: terjadi bila suatu tepian kontinen terletak di sepanjang zone pertemuan
b.       pantai tabrakan kepulauan: terjadi bila tidak ada tepian kontinen yang terletak si sepanjang zone pertemuan
  1. pantai memisah: terbentuk pada tepi dua lempeng
a.       pantsi memisah baru: terbentuk bila suatu zone penjalaran baru sedang dalam proses pemisahan suatu massa daratan
b.       pantai memisah afro: terjadi bila pantai kontinen yang berlawanan juga sedang memisah
c.       pantai memisah-amero: terjadi bila pantai kontinen yang berlawanan adalah pantaai yang saling bertabrakan
3. pantai merginal: terjadi bila suatu pantai dari lempeng bertemu dengan jalur kepulauan
           
I.        Pertanyaan/Tugas

1.       jelaskan klasifikasi pantai berdasarkan genesisnya?
2.       jelaskan klasifikasi pantai berdasarkan geomorfologi dan strukturnya?
3.       jelaskan maksud dari gambar klasifikasi pantai menurut Valentin?
4.       jelaskan apa yang dimaksud dengan pantai emergence?
5.       jelaskan apa yang dimaksud dengan pantai subemergence?


II.      Sumber

Dahuri, H., Rais, J., Ginting, S.P., Sitepu, M.j., 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Pradnya Paramita, Jakarta.

Bird, 1969. Coasts. Massachusetts Institute of Technology,Cambridge, London. England

Pethick, John, 1984. An introduction to Coastal Geomorphology, Edward Arnold. Australia

Sutikno, 1993. Kharakteristik Bentuk dan Geologi Pantai di Indonesia. Diklat PU WIL. III Direktorat Jendral Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta

No comments:

Post a Comment

Sebaran Wisata di Nagari Sungai Pinang