3.1.
Bentanglahan Pantai Akibat Erosi
Bentang
alam pantai dikontrol oleh aksi alamiah yang berkerja secara terus menerus.
Pada adasarnya dapat dikelompokkan dua macam aksi alamiah yaitu yang bersifat
menghancurkan (destruktif) dan bersifat membangun dengan cara pengendapan
(konstruktif/deposisional).
Gaya erosi
yang bekerja di daerah pantai, terutama berasal dari gelombang laut, kemudian
dibantu oleh arus laut, pasang surut, hembusan angin dan air
hujan disebut dengan abrasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan erosi
pantai:
a. Gelombang dan arus laut, merupakan faktor utama
penyebab dari erosi marine.
b. Influk material dari daratan
a.
Macam
dan resistensi batuan
b.
Kedalaman laut lepas pantai
f.
Keterbukaan
pantai terhadap serangan ombak
g.
Aktifitas
manusia dalam melindungi pantai
h.
Sifat-sifat struktur dari batuan seperti arah banyaknya
rekahan atau sesar
i.
Stabilitas
posisi garis pantai (shore line),
misalnya terdapat barierreef pada panti tersebut.
1.
Beberapa Kenampakan Hasil Erosi
Pantai:
a.
Dataran
abrasi, yaitu suatu daratan hasil pengendapan dari abrasi gelombang laut;
b.
Geos, yaitu celah sempit dan dalam yang terdapat pada
tepi pantai;
c.
Lengkungan alamiah yang terbentuk sebagai akibat hempasan
gelombang laut;
d.
Stacks yaitu lingkungan alamiah yang terpisah dari
daratan karena runtuh; dan
e.
Gua pantai (sea
cave) yang terbentuk karena hempasan gelombang laut yang menghantam
zona-zona yang lemah pada tebing pantai
Daerah
pesisir merupakan daerah pantai dan sekitarnya yang masih terkena pengaruh
langsung dari aktivitas marin. Berdasarkan
morfologinya, daerah pesisir dapat dibedakan kedalam empat kelompok:
c.
Daerah Pesisir Bertebing Terjal
Pesisir
yang bertebing terjal di daerah tropika basah seperti Indonesia pada umumnya
menunjukkan kenampakan yang mirip dengan lereng dan lembah pengikisan di daerah
pedalaman. Sebatas daerah di atas ombak, lahan umumnya tertutup rapat oleh
vegetasi, sedangkan bagian di bawahnya umumnya berupa singkapan batuan.
Aktivitas pasang surut, dan gelombang mengikis bagian tebing ini sehingga
membentuk bekas abrasi seperti:
a. tebing terjal (cliff)
d.
tebing
tergantung (notch)
e.
rataan gelombang (platform) dan bentuk lainnya
Gambar 2. Pantai Terjal (Cliff)
Daerah pesisir yang bertebing terjal, pantai biasanya
berbatu-batu, berkelok-kelok, dengan terdapat pula banyak longsorlahan. Proses
longsorlahan ini juga menjadikan tebing bergerak mundur, khususnya pada pantai
yang aktif proses abrasinya. Jika batuan penyususn daerah ini berupa batugamping atau batuan lain yang
banyak memiliki sistem retakan (joints), air dari daerah pedalaman
mengalir melalui sistem retakan tersebut dan muncul di daerah pesisir.
Adakalanya tempat muncul air tawar ini jutru berada di bawah permukaan air laut. Di Indonesia, pesisir
bertebing terjal terdapat terutama di sepanjang pantai barat Sumatera, pantai
selatan Jawa, pantai Sulawesi dan pantai selatan pulau-pulau di Nusa Tenggara.
b.
Daerah
Pesisir Bergisik
Endapan
pasir yang berada di daerah pantai umumnya memiliki lereng landai. Kebanyakan
pasirnya berasal dari daerah pedalaman yang terangkut oleh aliran sungai
kemudian terbawa arus
laut sepanjang pantai dan
selanjuytnya dihempas gelombang
ke darat. Oleh karena mataerial
asalnya dari sungai
maka gisik atau
pantai berpasir dapat
dijumpai disekitar dekat
muara sungai. Sesuai dengan
tenaa pengangkutnya, maka
ukuran butir akan
lebih kasar di dekat muara sungai dan
berangsur -angsur semakin
halus semakin menjauhi muara . Pasir
yang berasal dari
bahan-bahan vulkanik pada
umumnya berwarna gelap (hitam
atau kelabu) sedangkan
yang berasal dari koral atau
batu gamping berwarna kuning
atau putih. Pantai
berpasir kuarsa juga berwarna cerah, tetapi tidak banyak terdapat
di Indonesia.
Daerah bagian
belakang dari pesisir
bergisik kebanyakan
memiliki betting (=ridges= gundukan memanjang) yang umumnya
terdiri dari beberapa jalur. Ciri ini menandakan
daerah pantai yang
tumbuh, dan garis pantainya
relatif lurus. Oleh karena material penyusunnya terutama pasir, daerah pesisir bergisik
bersifat porous, tidak subur, dan
kebanyakan berair asin. Hanya jenis-jenis
tumbuhan tertentu saja yang d
apat tumbuh
pada lingkungan semacam ini
yaitu jenis Casuarina, Pandan, Calophylum, Inopphyllum dan Barringtonia. Jenis tumbuhan
ini berakar panjang dan tahan
kering. Beberapa kenampakan pantai begisik akibat hasil pengendapan (deposisional), seperti (1) spit yaitu
endapan pantai dengan satu bagian tergabung dengan dataran dan bagian yan
lainsedikit menjorok ke laut, (2) tombolo yaitu endapan tipis yang
menghubungkan pulau dengan daraan, (3) Bars, hampir sama dengan spit tapi
disini bars menghubungkan headland yang satu dengan yang lain, (4) yaitu
daratan yang cukup luas, tersusun oleh endapan pasir atau kerikil.
Gambar . Tombolo
c. Daerah pesisir
berawa payau
Rawa payau
juga mencirikan daerah
pesisir yang tumbuh (accretion).
Proses sendimentasi merupakan penyebab
bertambahnya daratan pada
medan ini. Material penyusun
umumnya berbutir halus
dan medan ini berkembangnya pada
lokasi yang gelombangnya kecil atau
terhalang, pada pantai
yang relatif dangkal. Medan ini sangat datar dan
tergenang pada saat air laut pasang. Karena airnya
payau atau asin daerah semacam ini terbatas kemungkinan
pengembangannya. Hanya jenis-jenis
tumbuhan dan hewan tertentu
yang dapat hidup . Selain
itu material penyusunnya
yang terutama dari
bahan halus, lembek, dan drainasi jelek, daya dukung tanah terhadap beban (bangunan dll) juga rendah. Drainase
jelek menjadikan pembungan limbah
tidak lancar dan terdapat genangan
dimana-mana.
Umumnya rawa
payau ditumbuhi bakau (mangrove) dari berbagai jenis
, tetapi ada pula yang
diusahakan dengan pembuatan
tambak (kolam) untuk
pemeliharaan ikan khususnya
jenis bandeng dan
udang. Tumbuhan bakau pada
rawa payau dapat
memecahkan gelombang dan
menghalangi pengikisan, dan pantainya mengalami agresi (tumbuh) . Peranan
bakau dalam merangsang pertumbuhan
pantai terbukti jelass
jika bakaunya hilang
karena mati atau
ditebang habis. Jika hal
ini terjadi maka
proses yang berlangsung
kemudian adalah yang
sebaliknya. Pada pantai
yang mengalami agresi, umumnya terdapat
urutan (seguence) tumbuhan yang
ada yaitu bakau di paling depan, dibelakangnya nipah, tumbuhan rawa air tawar
atau hutan lahan basah. Batas
teratas dari bakau setinggi batas air pasang maksimum.
c.
Terumbu Karang
Terumbu karang terbentuk oleh aktivitas binatang karang
dan jasad renik lainnya. Proses ini terjadi pada areal cukup luas di laut-laut
di Indonesia terutama di laut Flores dan Laut Banda.
Menurut Bird dan Ongkosongo (1990) karang dapat tumbuh
dan berkembang baik pada kondisi: (a) Air Jernih, tanpa sedimen, dasar alaut
cukup keras, (b) Suhu tidak pernah kurang dari 180 C, (c) Kadar garam antara 27-38 bagian per seribu,
(d) laut tenang, gelombang tidak besar, gelombang besar akan merusak tubuh
karang yang rapuh dan menghambat pertumbuhannya dan (e) sirkulasi air cukup
lancer untuk persdiaan oksigen..
Berarti sebagian besar laut di Indonesia karang dapat
tumbuh baik kecuali di laut dangkal yang
berlumpur seperti di dekat muara sungai
(kadar garam rendah dan berlumpur), daerah sebelah barat dan selatan
Kalimantan, dan sebelah utara jawa. Walaupun demikian dibeberapa tempat
didaerah tersebut misalnya di Teluk Jakarta terdapat pula secara lokal.
Bentuk-bentuk terumbu karang (1) fringing reef (karang pantai) yaitu karang tumbuh langsung melekat
(berimpit) dengan pantai (daratan) tanpa lagoon atau genengan laut antara
terumbu dengan dartan, (2) Barier reef, (karang tanggul) adalah pulau karang
seperti tangguldan letaknya dimuka pantai yang dipisahkan oleh lagoon. (3) atol
(karang cincin) adalah pulau karang yang terbentuknya seperti cincin.
Proses tektonik sering berpengaruh pula terhadap
pertumbuhan turmbu karang. Cincin karang (atol)
adalah merupakan hasil kombinasi proses aktivitas binatang karang dengan proses
tektonik ang berupa “subsidence”
(tanah turun). Terumbu karang yang muncul kepermukaan banyak terdapat di
Indonesia. Pulau-pulau karang yang terangkat umumnya terdapat endapan puing dan
pasir koral di lepas pantainya. Ukuran butir puing dan pasir lebih kasar kearah
datangnya ombak yang lebih besar dan pasir atau yang lebih halus kearah
membekangi ombak. Bagian ini kadang-kadang berselang-seling dengan lagun yang
dangkal dan kadang-kadang ditumbuhi bakau.
3.2.
Klasifikasi Pantai
Tujuan
klasifikasi pantai adalah untuk menggolongkan pantai, sehingga setiap golongan
mempunyai penciri utama yang dapat membedakan antara pantai yang satu dengan
pantai yang lainnya. Dasar klsifikasi pantai cukup banyak, sehingga jarang ada
klasifikasi yang dapat memenuhi semua aspek pantai sesuai dengan kepentingannya.
Berikut ini akan dijelaskan klasifikasi pantai.
1. klasifikasi Gulliver (1889)
yang dikembangkan oleh Johnson (1919), dengan dasar klasifikasi genetik. Dalam
klasifikasi pantai berdasarkan genetiknya ini pantai dibagi dalam tiga kelas
yaitu;
1.
garis pantai tenggelam,
2.
garis pantai terangkat,
3.
garis pantai netral, yang bentuknya bukan sebagai akibat dari penenggelaman dan
pengangkatan , tetapi oleh proses deposisi atau gerakan tektonik: garis pantai
delta, dataran aluvial, garis pantai vulkanik, dan garis pantai sesar.
2. Klasifikasi
Shepard (1948, 1964)
Dasar klasifikasi pantai menurut
shepard ini adalah berdasarkan genetik dengan penekanan pada bentuk yang
dihasilkan oleh proses marin yaitu;
I. Pantai primer atau muda akibat
proses yang non marin
a. terbentuk karena proses
denudasi subaerial dan tenggelam oleh transgresi resen atau oleh penurunan
daratan tepi laut:
1. muara sungai
turun : pantai ria
2. muara lembah
gletser turun : pantai fyord
b. terbentuk oleh proses depoisi
subaerial
1. deposisi sungai
a.
pantai
delta
b.
pantai
dataran aluvial
2. deposisi glasial
a.
pantai
morain yang tenggelam sebagian,
b.
pantai
drumline yang tenggelam sebagian
c.
deposisi
angin : pantai bergumuk pasir
d.
perluasan
pantai oleh vegetasi: pantai mangrove
c. terbentuk oleh aktivitas vulkanik
a.
pantai
terbentuk deposisi vulkanik (lava),
b.
pantai
dengan bentuk lengkung, akibat letusan vulkanik
d. terbentuk oleh gerakan tektonik
a.
pantai
akibat sesar
b.
pantai
akibat lipatan
II.pantai sekunder atau dewasa,
yang terbentuk oleh tenaga marin:
a. terbentuk oleh proses erosi
marin
1. pantai terjal (cliff) oleh erosi marin reguler
2. pantai terjal oleh proses erosi
yang kurang reguler
b. terbentuk oleh proses deposisi
marin
1. pantai barrier (penghalang)
2. pantai: cuspate foreland
3. dataran gisik (beach plain)
4. rataan lumpur atau rawa payau
c. terentuk oleh proses organik
1. pantai coral reef
2. pantai surpulid reef
3. pantai oyster reef
4. pantai mangrove
5. pantai rumput rawa payau
3. klasifikasi
pantai menurut Cotton (1952)
Dasar
klasifikasi yang digunakan Cotton adalah gerakan tektonik, yang secara garis
besar dibedakan menjadi pantai stabil dan
pantai mobil. Rincian dari masing-masing kelompok tersebut adalah
sebagai berikut:
- Pantai daerah stabil;
telah terpengaruh oleh penurunan laut resen:
- pantai yang didomonasi
oleh kenampakan hasil penurunan resen
- pantai yang didomonasi
oleh kenampakan hasil sisa dari kejadian pengangkatan masa lampau
- pantai lainnya (fyord,
vulkanik)
- pantai daerah mobil; telah
terpengaruh oleh pengangkatan atau depresi laut maupun oleh penurunan yang
resen:
- pantai yang terpengaruh
laut tidak diimbangi oleh pengangkatan dari daratan
- pantai yang pengaruh
pengangkatan resen dari daratan mengakibatkan pantai naik
- pantai lipatan dan sesar
- pantai lainnya (fyord dan
vulkanik)
4. Klasifikasi
menurut Valentin (1952)
klasifikasi pantai menurut Valentin
1952 berdasarkan perkembangan garis pantai maju atau mundur. Pantai maju dapat
disebbkan oleh pengangkatan pantai atau progradasi, sedangkan pantai mundur
dapat disebabkan oleh pantai tenggelam atau retrogradasi oleh erosi.
Klasifikasi pantai menurut Valentin adalah sebagai berikut;
- Pantai maju
1. akibat penaikan
a. pantai dasar laut naik
2. akibat organik
b.
pitogenik (terbentuk oleh vegetasi) pantai mangrove
c.
zoogenik (terbentuk oleh binatang) pantai karang
3. akibat deposisi
unorganik
d.
deposisi marin yang pasang-surutnya
lemah: pantai lagoon-penghalang, pantai bergumuk pasir
e.
deposisi marin yang pasang-surutnya kuat: rataan lumpur, pantai pulau
penghalang
f. deposisi
fluvial: pantai delta
- pantai mundur
1. akibat
penenggelaman bentuklahan glasial:
g.
erosi glasial tertekan: pantai fyord-skerry
h.
erosi glasial tidak tertekan: pantai fiard-skerry
i.
deposisi glasial: pantai moraina
2. akibat
penenggelaman bentuklahan tererosi fluvial
j. pada struktur
lipatan muda: pantai teluk lahan atas
k. pada struktur
lipatan tua: pantai ria
l. pada struktur
horizontal: pantai teluk plato,
3. akibat erosi
marin
m. pantai cliff
(terjal)
Klaifikasi pantai
menurut Valentin secara garis besar dapat disajikan dalam bentuk diagram
seperti pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Klafisikasi Pantai
Menurut Valentin 1952, dalam Bird, 1969
5. Klasifikasi pantai menurut John
Petick (1972)
Dasar klasifikasi
pantai menurut John Petick ini berdasrkan pada geomorfologi dan struktur batuan
yang menyusun pantai:
- Pantai
akresi
a. pantai bergumuk: biting gisik,
bura (spit)
b. pantai delta: tanpa tenaga
gelombang kuat dan tenaga gelombang yang kuat
- pantai
erosif
a. teras marin
b. teras cliff
c. teras cliff dengan longsoran
- pantai
atas dasar struktur
a. pantai bold: berkembangan pada
batuan yang resisten
b. pantai rendah: berkembang pada
dataran aluvial pantai
6. Inman dan Nordstorm membuat
klasifikasi pantai atas dasar kedudukannya dalam lempeng tektonik, yang
pembagiannya adalah sebagai berikut:
- pantai
bertabrakan: terbentuk pada pertemuan lempeng
a. pantai tabrakan kontinen:
terjadi bila suatu tepian kontinen terletak di sepanjang zone pertemuan
b. pantai tabrakan kepulauan:
terjadi bila tidak ada tepian kontinen yang terletak si sepanjang zone
pertemuan
- pantai
memisah: terbentuk pada tepi dua lempeng
a.
pantsi
memisah baru: terbentuk bila suatu zone penjalaran baru sedang dalam proses
pemisahan suatu massa daratan
b.
pantai
memisah afro: terjadi bila pantai kontinen yang berlawanan juga sedang memisah
c.
pantai
memisah-amero: terjadi bila pantai kontinen yang berlawanan adalah pantaai yang
saling bertabrakan
3. pantai
merginal: terjadi bila suatu pantai dari lempeng bertemu dengan jalur kepulauan
I.
Pertanyaan/Tugas
1. jelaskan klasifikasi pantai
berdasarkan genesisnya?
2. jelaskan klasifikasi pantai
berdasarkan geomorfologi dan strukturnya?
3. jelaskan maksud dari gambar
klasifikasi pantai menurut Valentin?
4. jelaskan apa yang dimaksud
dengan pantai emergence?
5. jelaskan apa yang dimaksud
dengan pantai subemergence?
II. Sumber
Dahuri, H.,
Rais, J., Ginting, S.P., Sitepu, M.j., 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Pradnya Paramita, Jakarta.
Bird, 1969.
Coasts. Massachusetts Institute of Technology,Cambridge, London. England
Pethick,
John, 1984. An introduction to Coastal Geomorphology, Edward Arnold. Australia