Labels

Geografi (10) Islam (53) Kuliah (5) Peta (6) Power Point (4) Skripsi (1) Tokoh (1) Video (1)

Standarisasi Dalam Islam

Standarisasi Dalam Islam
Oleh : Ustadz DR Ali Musri Semjan Putra MA

      Sudah suatu kelaziman dalam berbagai bidang keahlian maupun produk tertentu harus memenuhi standarnya, sehingga keabsahan, kualitas dan validasinya terjamin dan dapat dipertanggungjawabkan. Kalau tidak demikian halnya, tentu semua orang bisa berkata atau berbohong dan melanggar berbagai aturan main dan kaidah yg sudah baku yg ditetapkan dan disepakati para ahli pada setiap bidang keilmuan.

      Demikian pula halnya pemahan terhadap agama, harus sesuai dengan standarisasi yang berlaku dalam Islam, agat kita tidak terbalik dalam berjalan, kita ingin maju tapi malah mundur jadinya, maju dalam pemikiran tapi mundur dalam keimanan. Karena pada akhir² ini terjadi semacam kerancuan dalam  dalam standarisasi keabsahan pemahaman agama. Sehingga timbul berbagai asumsi dan opini² yang menyesatkan dalam keyakinan beragama.

      Maka selayaknya lah seorang muskim mampu memilih dan memilah mana yang harus diterima dan mana yang harus ditolak. Agat tidak terbalik dalam menilai sebuah permasalahan, yang benar dianggap salah, dan yang salah dianggap benar. Tentu untuk sampai pada titik penentuan pilihan tersebut harus mengenali standarisasi nya. Dewasa ini banyak orang menjadikan gelar, keduduka , kekayaan, ketenaran, kesepuhan, peninggalan kuno dan galian fosil sebagai standarisasi. Padahal itu bukan standarisasi dslam Islam.

      Islam memiliki standar yang valid dan akurat dalam menilai sebuah pandangan dan pendapat. Sehingga pandangan dan pendapat itu berlaku kebenarannya di mana dan kapan saja, tanpa dibatasi oleh masa dan tempat tertentu. Karenanya, berbagai pandagan dan pendapat para ulama dapat diadobsi dan diterima di zaman sekarang, walaupun masa mereka sudah amat jauh berlalu, yang dimaksud di sisi adalah pendapat - pendapat yang benar - benar sesuai dengan standarisasi dalam Islam.

     Berikut ini dipaparkan sebagian dari standarisasi kebenaran dalam islam, sesuai dengan apa yang diamalkan dan dipraktekkan oleh generasi terbaik umat ini, yang selanjutnya diikuti oleh para ulama terkemuka pada setiap generasi mereka.

1. Berpegang Pada Al-Quran.
      Meyakininya sebagai wahyu yang mutlak kebenarannya. Maka segala pendapat dan pandagan yang bertentangan dan berseberangan dengan kebenaran Al- Quran dinyatakan sesat dan batil secara mutlak.
      Imam Syafi'i berkata : "Setiap orang yang berbicara berdasarkan Al-Quran dan Sunnah, maka (ucapan) itu adalah ketentuan yang wajib diikuti. Dan setiap orang yang tidak berlandaskan kepada Al-Quran dan Sunnah maka (ucapannya) itu adalah kebingungan.
       Al Muzany dan Ar-Rabi' berkata : "Pada suati hari saat kami berada di samping Imam Syafi'i, tiba - tiba datang seorang orang tua lalu ia berkata kepada Imam Syafi'i : " Aku ingin bertanya." Jawab Imam Syafi'i : "Silahkan". Lalu ia berkata : "Apakah hujjah dalam agama Allah Azza wa Jalla ?". Maka Imam Syafi'i menjawab :"Kitab Allah Azza Wa Jalla ( Al-Quran)". Ia bertanya lagi : "Kemudian apa ?" Jawab Syafi'i : "Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam"
      Di sini terlihat bahwa Imam Syafi'i sangat mengagungkan Al-Quran dalam berdalil. Menurut Imam Syafi'i mestinya setiap orang menjadikan Al-Quran sebagai pedoman saat menentukan sebuah hukum atau berpendapat. Jika hal ini ia lakukan, maka pendapatnya berhak di terima. Sebaliknya bila tidak, pendapatnya adalah sebuah kebingungan. Orang tersebut adalah sibingung yang membuat kebingungan di tengah masyarakat.
      Betapa banyaknya orang zaman sekarang yang membuat kebingungan di tengah masyarakat dengan pendapat - pendapatnya. Baik dalam hal keyakinan beragama maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap orang seolah - olah bebas melontarkan segala pendapat yang terlintas di benaknya, tanpa pertimbangan terlebih dahulu.
      Bahkan menurut Imam Syafi'i pendapat dan pemahaman yang tidak berdasarkan kepada dalil Al-Quran  dan hadits - hadits Rasulullah SAW adalah bisikan - bisikan setan. Semoga Allah Azza Wa Jalla melindungi kaum Muslimin dari fitnah mereka

      Berkata Al - Muzany : "Aku mendengar Syafi'i berkata : "Barangsiapa yang mempelajari Al-Quran telah tinggi kedudukannya.

      Demikianlah, Imam Syafi'i rahimahullah sangat menghargai orang - orang yang mempelajari Al-Quran, sebagai motivasi bagi mereka agar bersungguh - sungguh untuk mempelajari Al-Quran, sebagai motivasi bagi mereka agar bersungguh - sungguh untuk mempelajari Al-Quran. Sekaligus menegaskan kepada kita untuk menghormati orang yang mempelajari dan mengamalkan hukum - hukum Al-Quran. Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah meninggikan dengan kitab ini (Al-Quran) kedudukan beberapa kaum dan merendahkan kedudukan yang lain.

      Allah Azza wa Jalla mengangkat derajat orang mau menerima ajaran Al-Quran dan berjuang untuk menegakkannya di tengah - tengah umat manusia. Sebaliknya Allah Azza wa Jalla hinakan dan rendahkan derajat orang yang menentang Al-Quran atau merendahkan orang - orang mengamalkan dan berjuang untuk menegakkannya di tengah-tengah umat manusia.
      Sebagian orang di masa sekarang ada yang meremehkan orang - orang yang mempelajari dan mengamalkan Al-Quran dalam beraqidah, beribadah, bermu'alah dan berakhlak. Apalagi yang mengajak untuk menjalankan Al-Quran dalam segala aspek kehidupan. Mereka dianggap sebagai kaum terbelakang dan anti moderenisme. Mereka diejek dengan berbagai tuduhan - tuduhan dusta. Sebaliknya, orang - orang yang merusak ajaran Al-Quran justru disanjung dan dipuji. Bahkan sebahagian mereka berani mengatakan bahwa sebab keterbelakangan adalah akibat menjalankan Al-Quran. Mereka menganggap teori - teori mereka jauh lebih hebat daripada Al-Quran. Demi Allah Azza Wa Jalla, sesungguhnya ini adalah suatu kekufuran dan kebohongan yang nyata terhadap Al-Quran.
     Hal ini tidak ada beda dengan sikap kaum kafir, mereka sudah merasa cukup dengan ilmu pengetahuan yang ada pada mereka. Mereka tidak merasa perlu lagi dengan ilmu pengetahun yang diajarkan oleh rasul - rasul. Justru mereka memandang enteng dan memperolok - olok [Al-Mukmin/40:83].
      Banyak sekali ayat maupun hadits Rasulullah SAW menerangkan tentang wajibnya berpegang kepada Al-Quran. Diantaranya, firmal Allah Azza wa Jalla : "Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin - pemimpi selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)". [Al-A'raf/7/:3]
      Sabda Rasulullah SAW : " Dan sesungguhnya aku telah meninggalka kepada kalian sesuatu, kalian tidakakan sesat selamanya jika kalian berpegang dengannya, yaitu kitab Allah. [HR. Muslim].

2. Berpegang Pada Sunnah
       Sunnah adalah sejoli Al-Quran, kedua-duanya adalah wahyu yang wajib kita ikuti, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla : "Dani tiadalah yang diucapkan itu 9Al-Qurn) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapanya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya) [An-Najm/53:3-5]
      Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kananya, kemudian benar-benar kami potong urat tali jantungnya. [Al-Haqqag/69:54-56]
      Dua ayat diatas menjelaskan kepada kita tentang kevalidan sunnah sebagai hujjah dalam agama islam. Oleh sebab itu Allah Azza wa Jalla mewajibkan kita berpegang kepada teguh kepada sunnah.
      Dalam pengamalan, seorang Muslim tidak boleh membeda-bedakan antara Al-Quran dan Sunnah. Orang yang membedakan-bedakan antara Al-Quran dan Sunnah dalam hal pengamalannya, sesungguhnya ia telah membeda-bedakan pula antara taat kepada Allah Azza wa Jalla dan taat kepada Rasul-Nya. Ini adalah sikap yang dianggap menyelisihi Al-Quran itu sendiri, berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla.
      "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan : "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) diantara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang kafir yang sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan". [An-Nisa/4/150-151]
      "Sebagai konsekuensi ketaatan kita kepada Rasulluah SAW, kita wajib menerima semua yang beliau perintahkan dan beliau sampaikan, termasuk hadits-hadtis yang berkategori ahad. Karena Allah Azza wa Jalla berfirman : Apa yang dibawa Rasul kepada kalian, maka ambillah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah" [Al-Hasyir/59:7].
      "Orang yang menolak sunnah, niscaya mereka akan ditimpa oleh fitnah kesesatan waktu di dunia dan diancam azab yang pedih diakhirat. Allah Azza wa JAlla berfirman : Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih" [An-Nur/24:63].
      "Tidak membedakan dalam masalah ibadah dan masalah akidah, dalam menagamalkan dan meerima sunnah kita tidak boleh membeda-bedakan antara hadits ahad dalam masalah akidah dan ibadah, sebagaimana pandangan orang-orang ahli kalam
      Firman Allah Azza wa Jalla : "Maka demi rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasakan dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [An-Nisa/4:65].
      Dalam segala hal yang kita berbeda pandangan baik secara akidah maupun ibadah dan seterusnya, maka kita wajib menembalikannya pada Al-Quran dan Sunnah berdasakan firman Allah Azza wa Jalla : "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul-Nya, dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisa/4:59].

No comments:

Post a Comment

Sebaran Wisata di Nagari Sungai Pinang