Sebagaimana kita ketahui, Pemerintah melalui Kemenag telah
menetapkan Idul Adha 10 Dzulhijah tahun ini jatuh pada Hari Rabu, 22/8/2018.
Sebelumnya, Pemerintah Saudi telah menetapkan Idul Adha tahun ini jatuh pada
Hari Selasa, 21/8/2018. Dengan demikian bisa dipastikan, kaum Muslim di Tanah
Air akan merayakan Hari Idul Adha tahun ini pada hari berbeda. Pasalnya,
sebagian kaum Muslim di sini tetap mengacu pada ketetapan Pemerintahan Saudi.
Mereka antara lain beralasan, Idul Adha berkaitan erat dengan ritual ibadah
haji, khususnya wukuf di Arafah (Hari Arafah) yang jatuh pada Senin, 20/8/2018.
Idul Adha dalam Duka
Terlepas dari
perbedaan di atas, di Tanah Air, Idul Adha tahun ini sama-sama akan dirayakan
saat bangsa ini dirundung oleh ragam ujian. Di kalangan elit politik, tampak
nyata hasrat dan nafsu untuk saling berebut jabatan atau untuk terus
mempertahankan kekuasaan. Ego pribadi, kehendak golongan dan kepentingan
partai, tak jarang mendominasi. Saling sikut berebut kursi. Masing-masing siap
mengorbankan apa saja, bahkan mengorbankan siapa saja demi jabatan dan
kekuasaan. Saat yang sama, rakyat terus ditimpa nestapa. Kemiskinan,
pengangguran, harga-harga kebutuhan pokok yang terus melonjak, utang negara
yang terus menumpuk dan aneka persoalan lainnya. Ironisnya, semua derita rakyat
itu terjadi di tengah keberlimpahan kekayaan alam negeri ini. Minyak bumi, emas,
perak, tembaga, aneka mineral, kekayaan hayat, hutan belantara, kekayaan laut
dan banyak yang lainnya memang terhampar di seantero negeri ini. Sayang, semua
kekayaan itu tak banyak rakyat nikmati. Sebab sebagian besamya telah dikuasai
oleh pihak asing, swasta dan pribadi-pribadi
Di sisi lain,
bencana demi bencana terus mengguncang negeri ini. Yang terkini adalah gempa
bumi yang bertubi-tubi. Di NTB dan Bali. Semua ini tentu makin menambah derita
penduduk negeri tercinta ini. Namun demikian, hendaknya kita selalu menyadari
bahwa semua duka pada akhirmya akan terhenti kecuali duka karena meninggalkan
petunjuk Baginda Nabi SAW Semua bahagia pun akan sima, kecuali bahagia saat
kita diakui sebagai umatnya. Tentu saat kita benar-benar meneladani ketaatan,
perjuangan dan pergorbanannya di jalan AllahSWT
Merenungkan Nasihat
Nabi SAW.
Di tengah
nestapa dan derita bangsa ini, juga
dalam momen Idul Adha tahun ini mari
kita renungkan nasihat-nasihat Baginda Nabi SAW pada saat Haji Wada'. Selama Haji Wada', beliau berkhutbah
di hadapan lebih dari 100 ribu jamaah haji. Tak hanya sekali. Beliau berkhutbah
di Hari Arafah, Hari Idul Adha juga Hari Tasyriq Berikut ini adalah sebagian
kecil dari isi khutbah yang beliau sampaikan :
Wahai manusia, sungguh darah dan harta kalian
adalah suci bagi kalian, seperti sucinya hari ini, juga bulan ini, sampai datang
masanya kalian menghadap Tuhan... Saat itu kalian akan dimintai pertanggungiawaban
atas segala perbuatan kalian... Ingatlah baik-baik, janganlah kalian sekali-kali
kembali pada kekafiran atau kesesatan sepeninggalku sehingga merjadikan kalian
saling berkelahi satu sama lain..
Ingatlah baik-baik hendaklah orang yang hadir
pada saat ini menyampaikan nasihat ini kepada yang tidak tidak hadiř Boleh jadi
sebagian dari mereka yang mendengar dari mulut orang kedua lebih dapat memahami
daripada orang yang mendengarmya secara langsung... (HR al-Bukhari dan
Muslim)
Beliau pun bersabda
Ingatlah, tak ada keutamaan bangsa Arab atas
bangsa non-Arab. Tak ada pua keunggulan bangsa non-Arab atas bangsa Arab. Tidak
pula orang berkulit putih atas orang berkuit hitsm. Tidak pula orang berkulit
hitam atas orang berkulit putih Kecuali karena ketakwaannya... (HR Ahmad)
Beliaujuga bersabda
Wahai manusia, sesungguhnya segala hal yang
berasal dari tradisi jahilah telah dihapus di bawah dua talapak kakiku ini .
Riba jahiliah pun telah dilenyapkan.
Wahai manusia, sesungguhnya lelah aku
tinggalkan untuk kalian dua perkara, yang menjadikan kalian tidak akan tersesat
selama-lama jika kalian berpegang teguh pada keduanya. Itulah Kitabullah dan Sunnah
Rasul-Nya.. .(HR lbnu Khuzaimah)
Dari apa yang Baginda Nabi SAW. sampaikan di atas, ada
sejumiah hal yang beliau nasihatkan kepada kita. Di antaranya:
Pertama, kita
dingatkan oleh beliau untuk tidak merasa unggul atas bangsa dan umat lain. Tak
selayaknya bangsa Arab merasa lebih unggul atas bangsa non-Arab. Tak sepatutnya
bangsa non-Arab, termasuk kita di Nusantara ini, merasa lebih unggul atas bangsa
Arab. Sebab keunggulan manusia atas manusia lain di sisi Allah SWT hanya karena
ketakwaannya. Takwa tentu harus dibuktikan dengan ketaatan total atas seluruh perintah dan larangan-Nya dengan menjalankan semua syariah-Nya.
Kedua, kita diperintahkan oleh beliau untuk menjaga darah, harta dan kehormatan sesama. Tak boleh saling menumpahkan darah. Haram saling merampas harta Terlarang saling menodai kehormatan sesama.
Ketiga, kita diperintahkan oleh beliau agar meninggalkan semua tradisi jahiliah. Di antaranya riba dalam segala bentuknya. Sayang, hari ini riba bukan saja merajalela. Riba bahkan telah menjadi pilar ekonomi yang utama. Tidak aneh jika utang ribawi dengan bunga sangat tinggi, sangat berpeluang membangkrutkan negeri. Akankah bangsa ini terus mengabaikan nasihat Baginda Nabi SAW ini?
Keempat, kita diharuskan oleh beliau untuk senantiasa memelihara tali persaudaraan, Sayang, hari ini tali persaudaraan seolah hilang. Antar kelompok umat Islam bisa saling berhadap- hadapan. Asal berbeda mazhab, bisa saling bertindak tak beradab. Asal beda paham bisa saling melemparkan tudingan. Asal beda organisasi, bisa saling mem-bully Asal beda kepentingan, bisa saling menggunting dalam lipatan. Tak ada lagi ruh berjamaah Tak ada lagi rasa kebersamaan. Mereka seolah lupa, kaum Muslim itu bersaudara Mereka harusnya saling menguatkan, bukan saling melemahkan.
Kelima, kita pun diharuskan oleh beliau untuk selalu menyampaikan nasihat kepada orang lain. Sebab, kata Baginda Nabi saw, agama adalah nasihat. Di antara nasihat yang paling utama adalah yang ditujukan kepada penguasa agar tidak terus dalam kesesatan dan penyimpangan. Agar penguasa fidak terus melakukan kezaliman Kezaliman terbesar pernguasa tidak lain saat
mereka tidak menerapkan al-Quran. Saat
mereka tidak menerapkan syariah Islam
ltulah yang Allah SWT tegaskan :
Siapa saja yang tidak memerintah dengan
apa yang Allah turunkan (al-Quran), mereka itulah kaum zalim (QS al-Maidah [5]:45)
Keenam, kita diwajibkan oleh beliau
untuk selalu berpegang teguh pada al-
Ouran dan as-Sunnah. Baginda Nabi saw
telah menjamin. Siapapun yang istiqamah
berpegang teguh pada keduanya, tak akan
pernah tersesat selama-lamanya. Sayang
apa yang dipesankan Baginda Nabi saw. 14
abad lalu, tak banyak diindahkan oleh kita
hari ini.Al-Quran dan as-Sunnah tak lagi kita
pedulikan, kecuali sebatas bacaan. Isinya
kila abaikan, Hukum-hukumnya kita
campakkan. Pantas, saat ini, bangsa ini
seperti tersesat jalan. Pantas pula negeri ini
dirundung aneka persoalan. Lalu sampai
kapan al-Quran dan as-Sunnah akan terus
kita abaikan?
Esensi badah Haji dan Kurban
Sudah maklum, selain Baginda
Rasulullah saw. yang wajib kita amalkan
seluruh ajarannya dan semua nasihatnya
ada sosok penting lain yang tak bisa
dipisahkan dari momen ibadah haj dan
kurban. Dialah Nabiyullah Ibrahim as. Di
dalam OS al-Shafat [37) ayat 102,Allah SWT
mengisahkan bagaimana Ibrahim as.
dengan sepenuh keimanan, tanpa sedikit
pun keraguan, menunaikan perintah
Tuhannya menyembelih putra tercintanya
Ismail as. Demikianlah. kedua hamba Allah
yang shalih itu tersungkur dalam
kepasrahan. Berpadu dengan ketaatan dan kesabaran.
Kisah cinta yang amat romantis
sekaligus dramatis ini selayaknya menjadi
ibrah sepanjang zaman bagi umat Islam.
Sebab bukankah Allah SWT pun telah
berfirman:
Sekali-kali kalian tidak akan sampai pada
kebajikan sebelum kalian menginfakkan
harta (dijałan Allah) yang paling kalian cintai (QS Ali mran [3:92)
Nabiyullah Ibrahim as. telah
membuktikan hal itu. Bukan hanya harta,
bahkan nyawa putra semata
wayangnya-yang kepada dia tertumpah
segenap cinta dan kasih sayangnya-ia
persembahkan dengan penuh keyakinan
kepada Allah. Zat Yang lebih ia cintai dari
apapun.
Karena itu pada momen penting
ibadah haji dan kurban tahun ini, selayaknya
kita bisa mengambil ibrah dari keteladanan
Nabiyullah Ibrahim as.; dari besarnya cinta,
ketaatan dan pengorbanannya kepada Allah SWT. Cinta, ketaatan dan pengorbanan
Ibrahim kepada Allah SWT ini kemudian
diteruskan secara sempurna. bahkan
dengan kadar yang istimewa, oleh Baginda
Rasulullah saw. Bukan hanya cinta dan taat
Bahkan beliau pun siap mengorbankan
segalanya, termasuk nyawa sekalipun, demi
tegaknya agama Allah SWT ini.
Ala kulli hal. Inilah sesungguhnya
esensi ibadah haji dan kurban. Kita diajari
tentang cinta, ketaatan dan kepatuhan total
kepada Allah SWT. Kita pun diajari tentang
keharusan untuk berkorban-
mengorbankan apa saja yang ada pada diri
kita semata-mata demi kemuliaan Islam
dan kaum Muslim.
Karena itu dengan meneladani cinta
ketaatan dan pengorbanan Nabiyullah
Ibrahim as. dan Baginda Rasulullah saw.
mari kita songsong kembali masa depan
cerah peradaban umat manusia di bawah
naungan Islam. Tentu saat kita hidup dalam
naungan sistem Islam yang paripurna, di
bawah ridha Allah SWT
HIKMAH
Mereka (kaum Yahudi dan Nasrani) menjadikan para pendeta dan para rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah SWT. Begitu pula mereka menjadika Al-Masih putra Maryam. Padahal mereka telah diperintahkan beribadah hanya kepada Tuhan Yang Satu. Tidak ada Tuhan selain Dia. Mahasuci Allah dari semua kesyirikan mereka (QS at - Taubah [9] : 31).
Sumber : KAFFAH Edisi 052
05 Dzulhijjah 1439 H
17 Agustus 2018
Sumber : KAFFAH Edisi 052
05 Dzulhijjah 1439 H
17 Agustus 2018