MAMPUKAH RASIO MENGENAL TUHAN
Tiap-tiap hakikat sesuatu, pada akhirnya tersimpul dalam sati hakikat. Dzat Tuhan beserta sifat-sifat-Nya adalah pusat segala wujud, yang merupakan hakikat pertama. Untuk menelusurinya terlebih dahulu manusia harus sanggup menjelajahi seluruh alam raya ini, baik yang berada di bumi, maupun yang berada di langit, yang terlihat dan yang tak mungkin ditembus oleh pandangan inderawi
Matahari yang begitu kuat sinarnya, hanya mampu menerangi sebagian kecil ciptaan Allah SWT. Fitrah insani yang tidak terhalang oleh kotoran, laksana sebuah cahaya yang mampu membiaskan cahaya sehingga seseorang dapat melihat kebesaran ciptaan Allah SWT, siang dan malam, mampuu menembus ke dalam lautan yang terdalam sekalipun. Ia mampu pula melihat ciptaan-Nya, yang diluar dan di dalam dirinya sendiri. Dengan bashirah (mata hatinya), ia sanggup melihat ada-Nya, wujud yang tiada terbatas oleh ruang dan waktu, tiada terikat oleh siapa dan apapun bagi-Nya, tiada memerlukan bantuan dari luar diri-Nya, tetap berdiri sendiri, dengan kekuatan diri-Nya dan tiada serikat bagi diri-Nya.
Rasio bagi manusia, seumpama sinar matahari yang hanya mampu memantulkan cahanya dalam waktu dan ruang yang terbatas. Ia tidak mampu menerangi seluruh bumi ini dalam waktu yang sama, atau ke dalam lautan yang gelap karena tidak dapat dijangkau olehnya. Fitrah insani yang dilengkapi dengan akal, bashirah, sanggup membiaskan cahanya ke segala penjuru alam, ke dalam alam yang terlihat dan tidak terlihat, material dan immaterial,
Dari sekian juta milyar macam ciptaan-Nya, di dalamnya mengandung pula bermilyar-milyar misteri, ada yang sudah dimengerti dan ada yang masih dirahasian oleh Allah SWT. Ada yang ditampakkan melalui kekuatan inderawi dan ada yang ditampakkan melalui bashirah atau mata rohaninya. Kedua mata ini sama-sama berguna untuk dijadikan alat melihat ada nya Allah SWT.
Manusia, apabila mau mempergunakan kedua mata ini, sekaligus akan melahirkan rasa kesadaran, bahwa semua yang ada dan terjadi, hukum dan energi, yang menyangkut alam raya serta kehidupan makhluk-Nya, semua bertumpu pada kehendak Allah SWT sebagai penciptanya.
Manusia sesuai denga fitrahnya selalu bersifat Tauhid, dalam pertumbuhan kempribadiannya terdapat karakter Hewaniah, apabila sifat-sifat ini menonjol bagi diri manusia, akan tercermin sifat-sifat kebinatangan manusia, sehingga menimbulkan rasa ketidakseimbangan jiwa manusiawinya, dimana fitrah insani menghendaki kesucian dan keluhuran jiwa. Tauhid yang tertanam dalam hatinya bisa layu yang lambat laut menjadi mati. Di samping karakter Hewaniah, manusia juga diberi karakter Malaikah, yang lebih mengutamakan nilai-nilai luhur dan suci. Manusia yang penuh dengan karakter Malaikah ini akan memiliki kepribadian luhur, berkerohanian tinggi, berjiwa mulia. Karakter Malaikah ini bisa terbenam, apabila karakter Hewaniyahnya lebih banyak mempengaruhi hidup dan kehidupannya, individunya menonjol berlebihan, lebih banyak terkurung dalam pagar materi dan indera. Penyakit sosial yang diderita masyarakat abad terknologi dewasa ini adalah penyakit ketidakmampuan manusia menguasai dirinya dalam mengekang hawa nafsu Hewaniyah, sehingga dimana-mana selalu timbul ketegangan, pertikaian, keresahan yang kadang-kadang berakhir dengan bermacam bentuk pertumpahan darah.
Ilmu pengetahuan yang telah dicapai manusia, justru tidak membawa harkat manusia semakin meningkat. Kemajuan demi kemajuan semakin mengantar manusia kepada kemerosotan kemanusiaan, jauh dari kemuliaan dan keluhuran insani, manusia semakin jauh dari Penciptanya. Manusia hanya menjadi sekrup mesin-mesin, atau budak-budak penyembah teori-teori ilmu pengetahuan, telah mampu menyingkirkan fitrah Tauhid berada dalam dirinya.
Kita oleh Allah SWT diberi kebebasan untuk berenang dalam lautan ilmu, bahkan setengah menjadi kewajiban umat Islam untuk mencari dan meneranginya. Tetapi kita harus tahu memahami atau mengarahkan. Ilmu itu sendiri adalah suatu tenaga yang netral, yang tidak buruk dan tidak baik. Tetapi cara pendayagunaanya dan pengarahannyalah yang dapat menimbulkan kebaikan atau keburukan. Kebenaran atau kesesatan. Berkata John H. Woodburs dan Ellsworth S. Obourn, "Mengejar ilmu tak hanya menunjuk kepada data yang diperoleh kaum sarjana saja, melainkan juga kepada alat untuk mencapainya / (The Pursuit of science refers not merely to the data acquired by the scientist but also to the means of it acquisitio)", ( Teaching the pursuit of Science, The Macmillan Coy, M. Y. 1965, p. 12 ) dinukil dari tulisan S.I. Puradisastra.
Dalam surat Al-Isra' Bani Israil ayat 36, Allah SWT berfirman :
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
yang artinya : " Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. "
Ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh rasio dalam mengikuti perkembangan dan peradaban manusia, kadangkala tidak mampu mengantar manusia kepada kehidupan kemanusiaan yang luhur, malah sebaliknya, sebagai bukti Eropa abad ke-20 ini telah mencapai puncak pengetahuan, disamping kekuatan meterial dan hasil produksinya yang melimpah ruah, yang tak pernah ada tandingannya sejak manusia dilahirkan di muka bumi ini.
Tetapi Eropa abad ke 20 di balik kejayaan ilmu dan materinya, sebenarnya telah mencapai tingkatan kemerosotan moral dan jiwa yang tidak pernah dialami oleh umat manusia baik pada zaman jahiliah kuno, maupun jahiliah modern. Jiwanya kosong, kerohaniannya timpang, sunyi dari akidah, kehilangan Moralitas dalam arti manusiawi yang lebih luas, bukan dalam pengertian moral interest yang sempit sebagaimana berlaku di dunia Barat dewasa ini.
Andaikata kemajuan ilmiah, produksi benda dan lain-lainnya yang terdapat di luar kejiwaaan mempunyai pengaruh terbesar dalam membentuk aspek kejiwaan insan, maka sepatutnyalah dunia Barat dewasa ini menempati puncak tertinggi kemanusiaaan di segala bidang kelakuan manusia. Andaikata begitu dunia Bara tidak akan berwajah suram seperti yang tempak pada dewasa ini, diskriminasi rasial, kolonialisme, dekadensi moral, kerendahan jiwa, pergumulan sengit untuk memperluas ekspani dan penguasaan, ketakutan terhadap bahaya perang, dan kehancuran total menghantui ketentraman hidup. (Islam di tenga Pertarungan Tradisi, Muhammad Quthub).
Bersambung, ,
Sabar dulu yak, , masih cari bahan referensi yang lain 😀😀
Hukum Mencela Ulama ( oleh : Syaikh Muhammad al-Utsaimin rahimahullah )
Pertanyaan :
Apakah pendapat Syaikh terhadap sebagian penuntut ilmu dari kalangan
pemuda yang mempunyai kebiasaan mencela satu sama lain, membuat manusia
menjauh dan menghindar dari mereka? Apakah ini termasuk perbuatan syar'i
yang diberi pahala atasnya atau (tidak syar'i) yang disiksa atasnya?
Jawaban :
Menurut pendapat saya ini adalah perbuatan yang diharamkan. Apabila
seorang muslim tidak boleh mengumpat (ghibah, menggunjing) saudaranya
sesama muslim sekalipun ia bukan seorang yang alim, maka bagaimana
mungkin dibolehkan baginya mengumpat saudaranya sesama ulama dari
golongan orang-orang yang beriman? Orang yang beriman wajib menahan
lisannya dari ghibah terhadap saudara-saudaranya sesama muslim. Firman
Allah SWT :
Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencaricari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu
menggunjing sebahagian yaang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. al-Hujurat:12)
Hendaklah
orang yang melakukan hal ini mengetahui bahwa apabila ia mentajrih
(mencela) seorang ulama maka ia menjadi penyebab ditolaknya kebenaran
yang dikatakan oleh ulama ini. Maka tanggung jawab dan dosanya adalah
terhadap orang yang mencela ini, karena mencela seorang ulama pada
kenyataannya bukanlah mentajrih (mencela) pribadinya, bahkan mencela
pewaris Nabi Muhammad SAW. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para
nabi. Apabila ia mentajrih ulama dan mencela mereka niscaya manusia
tidak percaya dengan ilmu yang ada di sisi mereka dan ilmu tersebut
diwarisi dari Rasulullah SAW. Dan pada saat itu mereka tidak percaya
dengan syari'at yang dibawa oleh ulama yang ditajrih ini.
Saya
tidak mengatakan bahwa setiap ulama adalah ma'shum, bahkan setiap
manusia bisa melakukan kesalahan. Dan apabila engkau melihat seorang
ulama melakukan kesalahan menurut pendapatmu, maka hubungilah beliau
dengan telepon dan sampaikanlah pendapatmu. Jika jelas bagimu bahwa
kebenaran adalah bersamanya maka engkau harus mengikutinya. Dan jika
tidak jelas bagimu akan tetapi engkau mendapatkan alasan yang
membolehkan ucapannya maka engkau harus menahan diri. Dan jika engkau
tidak mendapatkan alasan terhadap pendapatnya maka peringatkanlah dia
terhadap pendapatnya karena ngotot di atas kesalahan hukumnya tidak
boleh. Akan tetapi engkau tidak boleh mentajrihnya dan ia seorang alim
yang dikenal umpamanya dengan niat yang baik.
Apabila
kita ingin mentajrih para ulama yang dikenal dengan niat yang baik
karena kesalahan yang mereka lakukan padanya dari masalah fikih, niscaya
kita akan mentajrih para ulama besar, namun yang wajib adalah yang
telah saya sebutkan. Apabila engkau melihat seorang ulama melakukan
kesalahan maka diskusi dan berbicaralah bersamanya. Bisa jadi bahwa
kebenaran adalah bersamanya maka engkau harus mengikutinya atau
kebenaran ada bersamamu maka ia yang harus mengikutimu. Atau tidak jelas
dan jadilah perbedaan yang terjadi di antara kamu berdua adalah khilaf
yang dibolehkan. Saat itu, engkau wajib menahan diri, ia mengatakan apa
yang dia katakan dan engkau mengatakan apa yang engkau katakan.
Alhamdulillah,
khilaf tidak hanya terjadi di masa sekarang. Khilaf sudah terjadi sejak
masa sahabat hingga hari ini. Dan apabila sudah jelas kesalahan akan
tetapi ia tetap bertahan terhadap pendapatnya, engkau harus menjelaskan
kesalahan dan berjauh darinya. Akan tetapi bukan atas dasar mentajrih
dan ingin membalas dendam, karena orang tersebut bisa jadi mengatakan
pendapat yang benar pada masalah lain selain yang engkau perdebatkan.
Yang
penting sesungguhnya saya memperingatkan kepada saudarasaudaraku dari
bala dan penyakit ini. Aku memohon kepada Allah SWT untukku dan mereka
kesembuhan dari segala hal yang menjelekkan kami atau membahayakan kami
pada agama dan dunia kami.
Syaikh Muhammad al-Utsaimin – Kitab Dakwah 5/2/61-64.
Hukum Aqad Nikah di Masjid
Pertanyaan :
Ada satu hadits berbunyi :
Rasulullah salallahu’alaihi wassalam bersabda: "Umumkanlah pernikahan ini, jadikanlah ia di masjid dan pukullah/tabuhlah rebana." Hadits ini membuat para pemuda di negeri/kota kami menjadi bingung tentang hukum nikah di masjid, apakah sunnah atau bid'ah?
Kami ingin mengetahui status hadits ini, terutama sekali kalimat "jadikanlah ia di masjid," apakah melaksanakan aqad nikah di masjid termasuk sunnah atau bid'ah? Kami ingin mengetahui nama-nama kitab dan sanad dalam mentakhrij hadits ini.
At-Tirmidzi mengatakan dalam kitab 'Fiqhus Sunnah' bahwa ia adalah hadits hasan, kami mengharapkan pendapatnya atas hal ini sehingga jelas hukumnya bagi manusia, karena mereka melaksanakan perayaan di masjidmasjid dan menganggapnya sebagai salah satu sunnah Rasulullah shalallahu‘alaihi wasallam.
Jawaban :
Pertama, hadits ini diriwayatkan oleh
at-Tirmidzi dengan sanadnya, ia berkata: 'Telah menceritakan kepada kami
Ahmad bin Mani', ia berkata: 'Yazid bin Harun menceritakan kepada kami,
ia berkata: 'Isa bin Maimun al-Anshari menceritakan kepada kami, dari
al-Qasim bin Muhammad, dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:
'Rasulullah shalallahu’alahi wasallam bersabda:
"Umumkanlah
pernikahan ini, jadikanlah di masjid dan pukullah/tabuhlah
rebana." Kemudian ia berkata: 'Ini adalah hadits hasan gharib dalam bab
ini. Isa bin Maimun al-Anshari dha'if dalam hadits dan Isa bin Maimun
yang meriwayatkan tafsir dari Ibnu Abi Najih adalah tsiqah. Hadits ini
juga diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan dalam sanadnya adalah Khalid bin
Ilyas, dan ia hadits munkar.
Kedua, syari'at sangat menganjurkan untuk mengumumkan pernikahan.
Adapun melaksanakan aqad nikah di dalam masjid maka bukan termasuk
sunnah, dan hadits yang disebutkan bukan merupakan hujjah, bahkan ia
adalah hadits dha'if karena dha'ifnya Isa bin Maimun al-Anshari dan
Khalid bin Iyas.
Wabillahit
taufiq, semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi kita
Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. Fatawa Lajnah Daimah Untuk Riset
Ilmiah Dan Fatwa (18/112).
Penyusun : Lajnah Daimah Untuk Riset Ilmiah dan Fatwa
Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali
"The Greatest" Muhammad Ali dan Islam
Tahun berapapun Anda lahir, jika Anda menggemari tinju, nama Muhammad
Ali tak akan pernah asing. Ali, dalam dunia tinju dianggap sebagai
sosok besar karena sikap dan prestasinya di atas ring. Namun yang paling
membuat ia sangat terkenal adalah karena ia seorang Muslim. Atau
tepatnya ketika ia memutuskan menjadi seorang Muslim.
Sebelum masuk Islam, Ali menjuluki dirinya sendiri dengan “The Greatest” karena dia adalah petinju terbaik pada masanya. Bahkan para pengamat olah raga mengakuinya sebagai petinju terbaik abad itu. Sejarah tinju belum pernah mengenal petinju secepat dia. Dia berlaga dengan gesit di atas ring dan memukul KO lawannya, lalu berseru dengan bangga, “Akulah yang terbesar”. Akan tetapi setelah masuk Islam, dia membuang julukan ini, karena tidak sadar bahwa hanya ada satu yang terbesar di alam semesta ini.
Terlahir dengan nama Casius Mercelus Clay, setelah masuk Islam, ia mengganti namanya menjadi Muhammad Ali Clay.
Berikut adalah paparannya ketika masuk Islam. “Aku dilahirkan di Kentucky, Amerika Serikat. Daerah yang dikenal dengan ayam goreng khas yang memakai namanya, yang juga terkenal dengan perbedaan etnis yang kental.
Sejak kecil aku sudah merasakan perbedaan perlakuan ini karena aku berkulit coklat. Barangkali hal inilah yang mendorongku untuk belajar tinju agar bisa membalas perlakuan jahat teman-temanku yang berkulit putih. Dan karena aku mempunyai bakat serta otot yang kuat sehingga memudahkan jalanku.
Ketika belum genap berusia 20 tahun, aku sudah memenangkan pertandingan kelas berat di Olimpiade Roma tahun 1960.
Hanya beberapa tahun kemudian aku berhasil merebut juara dunia kelas berat dari Sony Le Stone dalam pertarungan paling pendek, karena hanya beberapa menit aku berhasil menjadi juara dunia. .
Dan di antara tepuk riuh para pendukung dan kilatan-kilatan alat kamera, aku berdiri didepan jutaan penonton yang mengelilingi ring dan kamera TV Islam, mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengganti namaku menjadi Muhammad Ali Clay.
Untuk memulai sebuah peperangan baru melawan kebatilan yang menghalangiku mengumumkan ke-Islaman-ku semudah ini.
Kepindahanku ke agama Islam adalah hal yang wajar dan selaras dengan fitrah-fitrah yang Allah ciptakan untuk manusia.
Kembaliku ke fitrah kebenaran membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berfikir, ini dimulai tahun 1960, ketika seorang teman muslim menemaniku pergi ke masjid untuk mendengarkan pengajian tentang Islam. .
Ketika mendengarkan ceramah, aku merasakan panggilan kebenaran memancar dari dalam jiwaku, menyeruku untuk menggapainya, yaitu kebenaran hakikat Allah, agama dan makhluk.
Perjalanan keimananku berlangsung bertahun-bertahun dalam bentuk perbandingan antara Islam dan Masehi, sebutah perjalanan yang berat, karena orang-orang disekitarku menghalangiku, kondisi masyarakatku rusak, kebenaran dan kebatilan bercampur aduk, ditambah lagi dengan doktrin gereja yang menggambarkan keadaan orang-orang muslim yang lemah dan terbelakang yang diakibatkan oleh ajaran Islam itu sendiri.
Tapi Allah memberiku petunjuk, dan menerangi jalan pilihanku sehingga aku dapat membedakan antara realita umat Islam sekarang dengan hakekat Islam yang abadi. .
Aku meyakini bahwa Islam membawa kebahagiaan untuk semua orang. Tidak membeda-bedakan warna kulit, etnis dan ras, semuanya sama dihadapan Allah azza wa jalla. .
Yang paling utama di sisi Tuhan mereka adalah yang paling bertakwa. Aku meyakini sedang berada didepan sebuah kebenaran yang tak mungkin berasal dari manusia.
Aku membandingkan ajaran Trinitas dengan ajaran Tauhid dalam Islam. Aku merasa bahwa Islam lebih rasional. .
Karena tidak mungkin tiga Tuhan mengatur satu alam dengan rapih seperti ini. Ini suatu hal yang mustahil terjadi dan tak akan memuaskan orang yang berakal dan mau berpikir.
Aku merasakan betapa orang-orang Islam menghormati Isa A.S. dan ibunya. Menempatkan mereka pada kedudukan yang sama. .
Ini hanya ada dalam Islam atau ajaran Nasrani yang masih murni, adapun yang diucapkan para pendeta dan pastur adalah kebohongan belaka.
Aku membaca terjemahan Al-Qur’an dan akupun bertambah yakin bahwa Islam adalah agama yang hak yang tidak mungkin dibuat oleh manusia. .
Aku mencoba bergabung dengan komunitas muslim dan aku mendapati mereka dengan perangai yang baik, toleransi dan saling membimbing. .
Hal ini tidak aku dapatkan selama bergaul dengan orang-orang Nasrani yang hanya melihat warna kulitku dan bukan kepribadianku.
Sebelum masuk Islam, Ali menjuluki dirinya sendiri dengan “The Greatest” karena dia adalah petinju terbaik pada masanya. Bahkan para pengamat olah raga mengakuinya sebagai petinju terbaik abad itu. Sejarah tinju belum pernah mengenal petinju secepat dia. Dia berlaga dengan gesit di atas ring dan memukul KO lawannya, lalu berseru dengan bangga, “Akulah yang terbesar”. Akan tetapi setelah masuk Islam, dia membuang julukan ini, karena tidak sadar bahwa hanya ada satu yang terbesar di alam semesta ini.
Terlahir dengan nama Casius Mercelus Clay, setelah masuk Islam, ia mengganti namanya menjadi Muhammad Ali Clay.
Berikut adalah paparannya ketika masuk Islam. “Aku dilahirkan di Kentucky, Amerika Serikat. Daerah yang dikenal dengan ayam goreng khas yang memakai namanya, yang juga terkenal dengan perbedaan etnis yang kental.
Sejak kecil aku sudah merasakan perbedaan perlakuan ini karena aku berkulit coklat. Barangkali hal inilah yang mendorongku untuk belajar tinju agar bisa membalas perlakuan jahat teman-temanku yang berkulit putih. Dan karena aku mempunyai bakat serta otot yang kuat sehingga memudahkan jalanku.
Ketika belum genap berusia 20 tahun, aku sudah memenangkan pertandingan kelas berat di Olimpiade Roma tahun 1960.
Hanya beberapa tahun kemudian aku berhasil merebut juara dunia kelas berat dari Sony Le Stone dalam pertarungan paling pendek, karena hanya beberapa menit aku berhasil menjadi juara dunia. .
Dan di antara tepuk riuh para pendukung dan kilatan-kilatan alat kamera, aku berdiri didepan jutaan penonton yang mengelilingi ring dan kamera TV Islam, mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengganti namaku menjadi Muhammad Ali Clay.
Untuk memulai sebuah peperangan baru melawan kebatilan yang menghalangiku mengumumkan ke-Islaman-ku semudah ini.
Kepindahanku ke agama Islam adalah hal yang wajar dan selaras dengan fitrah-fitrah yang Allah ciptakan untuk manusia.
Kembaliku ke fitrah kebenaran membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berfikir, ini dimulai tahun 1960, ketika seorang teman muslim menemaniku pergi ke masjid untuk mendengarkan pengajian tentang Islam. .
Ketika mendengarkan ceramah, aku merasakan panggilan kebenaran memancar dari dalam jiwaku, menyeruku untuk menggapainya, yaitu kebenaran hakikat Allah, agama dan makhluk.
Perjalanan keimananku berlangsung bertahun-bertahun dalam bentuk perbandingan antara Islam dan Masehi, sebutah perjalanan yang berat, karena orang-orang disekitarku menghalangiku, kondisi masyarakatku rusak, kebenaran dan kebatilan bercampur aduk, ditambah lagi dengan doktrin gereja yang menggambarkan keadaan orang-orang muslim yang lemah dan terbelakang yang diakibatkan oleh ajaran Islam itu sendiri.
Tapi Allah memberiku petunjuk, dan menerangi jalan pilihanku sehingga aku dapat membedakan antara realita umat Islam sekarang dengan hakekat Islam yang abadi. .
Aku meyakini bahwa Islam membawa kebahagiaan untuk semua orang. Tidak membeda-bedakan warna kulit, etnis dan ras, semuanya sama dihadapan Allah azza wa jalla. .
Yang paling utama di sisi Tuhan mereka adalah yang paling bertakwa. Aku meyakini sedang berada didepan sebuah kebenaran yang tak mungkin berasal dari manusia.
Aku membandingkan ajaran Trinitas dengan ajaran Tauhid dalam Islam. Aku merasa bahwa Islam lebih rasional. .
Karena tidak mungkin tiga Tuhan mengatur satu alam dengan rapih seperti ini. Ini suatu hal yang mustahil terjadi dan tak akan memuaskan orang yang berakal dan mau berpikir.
Aku merasakan betapa orang-orang Islam menghormati Isa A.S. dan ibunya. Menempatkan mereka pada kedudukan yang sama. .
Ini hanya ada dalam Islam atau ajaran Nasrani yang masih murni, adapun yang diucapkan para pendeta dan pastur adalah kebohongan belaka.
Aku membaca terjemahan Al-Qur’an dan akupun bertambah yakin bahwa Islam adalah agama yang hak yang tidak mungkin dibuat oleh manusia. .
Aku mencoba bergabung dengan komunitas muslim dan aku mendapati mereka dengan perangai yang baik, toleransi dan saling membimbing. .
Hal ini tidak aku dapatkan selama bergaul dengan orang-orang Nasrani yang hanya melihat warna kulitku dan bukan kepribadianku.
Mimpi Disuruh Rasulullah Membaca Doa, Ulama pun Bebas dari Penjara
Kisah ini terjadi di Ashbahan. Seorang ulama bernama Abu Bakar bin
Ali difitnah dengan tuduhan keji hingga ia pun dijebloskan ke penjara.
Abu
Bakar Ar Razi menceritakan kisah itu. “Aku pernah tinggal di Ashbahan.
Di sana ada ulama bernama Syaikh Abu Bakar bin Ali. Begitu alimnya,
hingga seluruh fatwa diserahkan kepada beliau.” Namun, suatu hari Syaikh
Abu Bakar difitnah dengan fitnah yang demikian keji. Penguasa kemudian
menangkap dan menjebloskannya ke penjara.
Berita
ditangkapnya Syaikh Abu Bakar dengan cepat menyebar. Viral, dari mulut
ke mulut. Dan bersamaan dengan itu, kerisauan menyebar dari hati ke
hati.
Bagaimana tidak risau, bukankah ulama adalah
pewaris para nabi? Meninggalnya seorang ulama tidak lebih ringan
daripada meninggalnya sebuah kabilah.
Hilangnya seorang
ulama tidak lebih kecil perkaranya daripada hilangnya sebuah wilayah
dari peta dunia. Dipenjaranya seorang ulama tidak lebih sederhana
urusannya daripada diblokadenya sebuah kota.
Di tengah kesedihan umat seperti itu, Abu Bakar Ar Razi
bermimpi. Ia bermimpi bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Sampaikan kepada Abu Bakar bin Ali agar ia membaca doa al-karab
(kesulitan) yang terdapat dalam Shahih Bukhari agar Allah melepaskannya
dari kesulitan,” kata Rasulullah dalam mimpi tersebut.
Keesokan
harinya, Abu Bakar Ar Razi menceritakan mimpi itu kepada Abu Bakar bin
Ali. Sebuah kegembiraan terpancar di wajah Abu Bakar bin Ali. Bagaimana
tidak, seseorang mendapa salam dari Rasulullah adalah kebanggaan
tersendiri. Menunjukkan kemuliaan dan ketinggian derajat seseorang.
Lebih
dari itu, Rasulullah juga memberikan solusi atas masalah yang
menderanya. Rasulullah menunjukkan jalan keluar atas problem yang
dihadapinya. Rasulullah mengajarkan doa yang paling tepat untuk dirinya.
Abu Bakar bin Ali kemudian membaca doa itu. Dengan penuh keyakinan dan pengharapan, bahwa Allah pasti mengabulkan doanya.
Ingin keselamatan dunia dan akhirat serta terbebas dari segala kesulitan? Baca doa selamat
Dan
benar, tak berapa lama setelah Abu Bakar bin Ali membaca doa itu, ia
dibebaskan dari penjara. Ia kembali merdeka dan bebas mendakwahkan Islam
kepada masyarakat. Ia kembali mengajarkan agamaNya kepada umat.
[Muchlisin BK/Kisahikmah]
Bahaya Komunisme dan Kapitalisme
Setiap tanggal 30 September, bangsa
Indonesia kembali diingatkan pada sebuah peristiwa kelam sejarah Indonesia,
yakni Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G 3 OS/PKI). Melalui
gerakan tersebut, PKI saat itu berhasil membunuh sejumlah jenderal yang dituduh
sebagai dewan jenderal yang akan mengkudeta pimpinan negeri ini. Namun demikian
gerakan tersebut pada akhirnya berhasil ditumpas.
Sejak itu rakyat Indonesia tetap
sepemikiran dalam memandang peristiwa bersejarah tersebut, yakni bahwa
Komunisme adalah ideologi yang berbahaya. Ideologi ini tidak mengakui adanya
Tuhan. Sering bertindak kejam, sadis, tidak berperikemanusiaan dan
menyengsarakan umat manusia. Semua orang trauma terhadap G 30 S/PKI. Karena itu
Komunisme layak untuk diberantas hingga ke akar-akarnya
Ideologi-Ideologi di Dunia
Istilah ideologi bisa
disepadankan dengan istilah mabda' dalam bahasa Arab. Mabda (ideologi) pada
dasarnya adalah keyakinan rasional ('agídah 'agliyah) yang melahirkan
aturan-aturan kehidupan. Artinya, mabda' (ideologi) pada hakikatnya adalah
pemikiran mendasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam mengenai hakikat
kehidupan, yang kemudian melahirkan sistem kehidupan.
Dengan definisi di atas, sebetulnya di
dunia ini hanya ada tiga 3 (tiga) yang layak dikategorikan sebagai ideologi
(mabda'): (1) Sosialisme-Komunisme; (2) Kapitalisme; (1) Islam. Realitasnya,
hanya tiga ideologi inilah yang mampu memberikan jawaban atau solusi atas
berbagai persoalan yang dihadapi manusia. Terlepas dari benar-tidaknya jawaban
atau solusi tersebut. Faktanya pula, hanya tiga ideologi ini yang melahirkan
sistem kehidupan: sistem ekonomi, sistem politik, sistem sosial, sistem hukum,
dsb.
1. Sosialisme-Komunisme.
Secara mendasar, ideologi
Sosialisme- Komunisme didasarkan pada akidah materialisme. Akidah ini
menyatakan bahwa manusia, alam semesta dan kehidupan ini semuanya berasal dari
materi (benda). Materi adalah sesuatu yang azali. la tidak diciptakan oleh
Tuhan, tetapi ada dengan sendirinya (wajib al-wujůd).
Materialisme menempatkan materi sebagai
tolok ukur segala sesuatu. Sesuatu yang real tidak lain adalah sesuatu yang
bersifat material atau fisikal. Sebaliknya sesuatu yang immaterial atau
nonmaterial tidak dipandang sebagai sesuatu yang real. Tuhan, misalnya,
bukanlah sesuatu yang real, karena keberadaannya-secara material dan
fisikal-tidak bisa dibuktikan. Karena itu ideologi Sosialisme-Komunisme ini
terkenal sebagai ideologi yang anti Tuhan atau anti agama, yang kemudian
melahirkan jargon, "Agama (baca: keyakinan kepada Tuhan) adalah candu bagi
masyarakat."
Karena Tuhan dianggap tidak ada dan
segala sesuatu dipandang berasal dari materi, maka aturan-aturan kehidupan yang
dibuat oleh manusia harus mengikuti hukum materi (yang selalu mengalami
evolusi) bukan mengikuti hukum Tuhan. Dengan pemahaman dasar seperti inilah
ideologi Sosialisme-Komunisme melahirkan berbagai onsepsi dan aturan
kehidupan-sosial politik, ekonomi, hukum, dsb-yang bercorak materialistik, yang
terbukti banyak melahirkan bencana bagiumat manusia
2. Kapitalisme.
Berbeda dengan sosialisme- Komunisme,
ideologi Kapitalisme didasarkan pada akidah sekularisme (pemisahan agama dari
kehidupan). Akidah sekularisme ini mengakui bahwa manusia, alam semesta dan
kehidupan ini berasal dari--atau diciptakan oleh-Tuhan. Namun demikian keberadaan
Tuhan hanya diakui sebagai Pencipta, bukan sekaligus sebagai Pengatur Dengan
kata lain, pengakuan terhadap Tuhan hanya sebatas formalitas belaka. Sebab
ideologi Kapitalisme hanya mengakui Tuhan dari sisi keberadaan-Nya semata,
tidak dari sisi peran-Nya.
Konsekuensinya, kehidupan manusia tidak
perlu diatur oleh Tuhan, tetapi cukup diatur oleh manusia sendiri. Manusia
dipandang memiliki kewenangan mutlak untuk mengatur dirinya sendiri. Karena
itulah ideologi Kapitalisme menjauhkan peran Tuhan (baca: agama) dari
kehidupan, sekaligus mengukuhkan peran manusia sebagai pengatur kehidupan.
Dalam konteks kekinian, hal itu diwujudkan dalam kerangka demokrasi dengan
jargon kedaulatan rakyat- nya. Kedaulatan rakyat nyata-nyata menafikan
kedaulatan Tuhan.
Ideologi Kapitalisme kemudian melahirkan
berbagai konsepsi dan aturan kehidupan-sosial, politik, ekonomi, hukum, dsb.
Berbagai konsepsi dan aturan kehidupan tersebut semata-mata bersumber dari akal
dan hawa nafsu manusia.
Dengan menjadikan kedaulatan ada di
tangan manusia (rakyat), berbagai malapetaka kehidupan manusia terjadi Manusia
yang serba kurang dan terbatas dengan kepentingan dan hawa nafsunya, membuat
berbagai konsepsi dan aturan yang justru banyak menimbulkan bencana bagi mereka
sendiri. Kehidupan serba bebas tanpa mau terikat dengan aturan Tuhan menjadi
pola hidup manusia. Dilegitimasi dengan jargon Hak Asasi Manusia (HAM) manusia
hidup lepas dari aturan Tuhan Penindasan sesama manusia terjadi. Yang kuat
menindas yang lemah. Yang berkuasa memeras rakyat. Tidak ada nilai-nilai
spiritualitas dalam kehidupan sosial karena agama adalah urusan privat, bukan
urusan publik.
3. Islam.
Islam jelas berbeda bahkan bertolak
belakang dengan kedua ideologi di atas. Islam memandang bahwa manusia, alam
semesta dan kehidupan berasal dari-atau diciptakan oleh-Tuhan, yakni Allah SWT
Dialah Pencipta sekaligus Pengatur alam semesta beserta seluruh isinya. Allah
SWT berfirman:
Itulah
Allah, Tuhan kalian. Tidak ada Tuhan selain Dia Yang menciptakan segala
sesuatu. Karena itu sembahlah Dia. Dialah Pemelihara segala sesuatu (TQS al-An'am [6]: 102),
Allah SWT pun berfirman:
Sungguh
Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian. Karena itu sembahlah Dia oleh kalian.
Inilah jalan yang lurus (TQS Ali
Imran [3]: 51).
Islam memandang bahwa sebagai Pencipta
dan Pengatur, Allah SWT adalah Mahatahu atas segala sesuatu yang Dia diciptakan
dan Dia atur. Islam pun memandang bahwa sebagai ciptaan (makhluk),
manusia-meskipun yang paling mulia di antara makhluk-Nya-memiliki banyak
kekurangan dan keterbatasan. Di sisi lain Allah SWT telah memberikan
seperangkat aturan bagi manusia untuk mengatur kehidupannya, yakni al-Quran dan
as-Sunnah. Karena itu masuk akal jika manusia mengatur seluruh aspek
kehidupannya-baik urusan akhirat maupun urusan dunia; baik urusan ibadah maupun
muamalah-dengan berpedoman pada al- Quran dan as-Sunnah yang bersumber dari
Penciptanya, yakni Allah Yang Mahatahu. Bahkan manusia wajib tunduk pada
al-Quran dan as-Sunnah sebagai sumber hukum bagi kehidupan mereka (Lihat,
antara lain: QS an- Nisa [4]:65).
Sama-sama Berbahaya
Jelas, bukan hanya Sosialisme- komunisme,
ideologi Kapitalisme pun berbahaya. Sebab kedua ideologi tersebut sama-sama
menolak peran Tuhan dalam mengatur kehidupan manusia. Karena itu ideologi yang
perlu dicurigai, diwaspadai dan disingkirkan tentu bukan hanya ideologi
Sosialisme-Komunisme semata, tetapi juga ideologi Kapitalisme.
Saat ini ideologi Kapitalismelah yang
diterapkan hampir di seluruh dunia, termasuk di negeri ini. Ideologi ini telah
terbukti menghasilkan banyak bencana dan kerusakan. Di bidang ekonomi, misalnya
sistem ekonomi kapitalis ribawi terbukti menjadi biang kerusakan ekonomi di
negeri ini. Fundamental ekonomi rentan krisis. Utang luar negeri terus
menumpuk. Kebijakan ekonomi tidak berpihak kepada rakyat. Semua ini bukan
sekadar ancaman, namun telah nyata menyengsarakan rakyat. Di bidang politk,
sistem demokrasi telah nyata menjadi biang kerusakan sosial politilk di negeni
ini. Lahirlah para poitisi koruptor yang mementingkan kepentingan
pribadi, mudah ingkar janji, memperkaya diri sendiri, membangun dinasti
politik, bahkan memanipulasi agama. Lahirlah perundangan yang sarat dengan
kepentingan dan hawa nafsu, yang lebih berpihak kepda para pemilik modal
ketimbang kepada rakyat kebanyakan. Di bidang sosial, sistem sosial yang
permissif melahirkan ragam kemaksiatan dan tindakan amoral. Perzinaan
dilegalisasi. Miras dijadikan komoditas. Aneka kriminalitas tidak mendapatkan
sanksi yang tegas. DIl.
Hanya Islam
Jika pada faktanya baik Sosialisne
Komunisme maupun Kapitalisme sama- sama berbahaya, lalu mengapa kita tidak
segera berpaling pada ideologi (mabda) Islam yang nyata-nyata bersumber dari
sang Pencipta, Allah SWT, dan telah terbukti selama berabad-abad menjadi
rahmatan li alamin? Apalagi Allah SWT telah berfirman:
Inilah
jalan-Ku yang lurus. Karena itu ikutilah oleh kalian jalan itu dan janganlah
kalian mengikuti jalan-jalan lain yang dapat menyimpangkan kalian dari
jalan-Nya Demikianlah Allah memerintahkan hal itu kepada kalian agar kalian
bertakwa (TQS al- An'am [6]: 153).
Alhasil, hanya Islam satu-satunya
ideologi (mabda) yang sahih. Islam hadir sebagai wujud kasih sayang Allah SWT
kepada makhluk-Nya. Karena itu marilah kita kembal bersama-sama menerapkan
Islam sebagal ideologi yang mengatur seluruh aspek kehidupan kita. Di sinilah
pentingnya umat Islam menegakkan sistem pemerintahan Islam. Karena hanya dalam
sistem pemerintahan Islam, ideologi Islam bisa benar-benar diterapkan. Allâhummahdina
ash-siráthal-mustagim.Amin.D
HIKMAH
Katakanlah
(Muhammad) : Inilah jalanku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kalian) kepada Allah di atas keyakinan. Mahasuci Allah dan tidaklah aku
termasuk ke dalam golongan kaum musyrik (TQS Yusuf [12]:108)
Cara Islam Mengentaskan Kemiskinan
Dalam sebulan belakangan ini pukulan
ekonomi bertubi-tubi dirasakan oleh rakyat karena kenaikan berbagai komoditi
kebutuhan hidup. BBM naik berkali- kali. Harga beras terus merangkak. Disusul
oleh teiur dan daging ayam. Bahkan harga daging sapi sudah naik jauh sebelum
puasa dan tak kunjung turun hingga hari ini. Di sisi lain nilai rupiah terus
melemah terhadap dolar. Menembus Rp 14.555,-. Akibatnya, harga sejumlah
komoditi impor ikut naik. Sejumlah sektor usaha pun terpukul.
Anehnya, Pemerintah berulang menyatakan
sikap optimis. Katanya, ekonomi Indonesia makin membaik. Pemerintah mengkiaim
angka kemiskinan justru menurun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka
kemiskinan per Maret 2018 sebesar 9,82% atau 25,95 juta jiwa adalah yang
terendah sepanjang sejarah. Benarkah demikian?
Makna Kesejahteraan
Asumsi
yang dibuat Pemerintah dalam menentukan garis kemiskinan adalah mereka
yang memiliki pengeluaran di bawah Rp401.220 perkapita perbulan (sekitar Rp 13
ribu perhari). Penentuan ambang batas kemiskinan tersebut dipertanyakan banyak
kalangan. pasalnya, standar Pemerintah dalam menentukan angka kemiskinan tidak
logis. Bayangkan, setiap orang dengan pengeluaran Rp 15 ribu rupiah perhari,
misalnya, dianggap telah sejahtera. Mereka dianggap bukan orang miskin. Padahal
jelas, dengan Rp 15 ribu perhari, orang hanya bisa makan sekali sehari. Itu pun
alakadarnya. Lagi pula, manusia hidup tak cuma butuh makan. Apalagi cuma sekali
sehari. Manusia hidup juga butuh pakaian, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan,
biaya transportasi, dll. Faktanya, semua itu tidak gratis.
Jelas standar kemiskinan Rp 13 ribu
perhari sangat merendahkan orang miskin. Apalagi PBB pada tahun 2015 teiah
merevisi pengukuran kemiskinan ekstrem yang semula 1,25 dolar (AS) menjadi 1,9
dolar (AS). Berdasarkan standar ini orang dinyatakan sangat miskin jika memiliki pendapatan/pengeluaran
kurang dari 1,9 dolar perhari (sekitar Rp 27.550 perhari) Jika standar PBB ini
digunakan maka jumlah warga yang terkategori amat miskin akan melejit, bisa
mencapai 30 persen warga Indonesia atau lebih dari 75 juta orang.
Standar Islam
Dalam
Islam, kemiskinan tidak dinilai dari besar pengeluaran atau pendapatan, tetapi
dari pemenuhan kebutuhan asasiyah (pokok) secara perorangan. Kebutuhan pokok
itu mencakup sandang, pangan, perumahan, kesehatan dan pendidikan secara layak.
Allah SWT berfirman:
Kewajiban
para ayah memberikan makanan dan pakaian kepada keluarga secara layak (TQS al-Bagarah 12:233).
Tempatkanlah
para istri di tempat mana saja kalian bertempat tinggal menurut kemampuan
kalian. Janganlah kalian menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka
(TQS ath-Thalaq [85): 6)
Bahkan dalam Islam, orang baru dikatakan
kaya atau sejahtara jika memiliki kelebihan harta di atas 50 dirham. Dalam hal
ini Rasulullah saw. bersabda:
"Tidaklah
seseorang meminta-minta sementara ia kaya, kecuali pada Hari Kiama nanti ia
akan memiliki cacat di wajahnya. Ditanyakan kepada beliau, "Ya Rasululah,
apa yang menjadikan ia termasuk orang kaya?" Beliau menjawab, "Harta
sebesar o dirham... ( HR an-Nasa'l
dan Ahmad)
Mengomentari
hadis di atas. Syaikh Abdul Qadim Zallum menyatakan "Siapa saja yang
memiliki harta sebesar 50 dirham-atau setara dengan 148,75 gram perak, atau
senilai dengan emas seharga itu-yang merupakan kelebihan (sisa) dari pemenuhan
kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal: juga pemenuhan nafkah istri d an an a
k-an aknya s erta pembantunya-maka ia dipandang orang kaya. la tidak boleh
menerima bagian dari zakat (Abdul Qadim Zallum, Al-Amwál fi ad- Dawalah al-Khilâfah,
hlm. 173).
Jika satu dirham hari ini setara dengan
Rp 50 ribu saja, maka 50 dirham sama dengan Rp 2,5 juta. Kelebihan harta di
atas 2,5 juta itu tentu merupakan sisa dari pemenuhan kebutuhan pokoknya
(makanan, pakaian, perumahan; juga nafkah untuk anak, istri dan gaji
pembantunya).
Cara isiam Mengentaskan
Kemiskinan
Pertama:
Secara individual, Allah SWT memerintahkan setiap Muslim yang mampu untuk
bekerja mencari nafkah untuk dirinya dan keluarga yang menjadi tanggungannya
(Lihat: QS al-Baqarah [2]: 233). Rasulullah saw.juga bersabda:
Mencari
rezeki yang halal adalah salah satu kewajiban di antara kewajiban yang lain
(HR ath-Thabarani).
Jika seseorang miskin, ia diperintahkan
untuk bersabar dan bertawakal seraya tetap berprasangka baik kepada Allah
sebagai Zat Pemberi rezeki Haram bagi dia berputus asa dari rezeki dan rahmat
Allah SWT. Nabi saw. Bersabda :
Janganlah kamu berdua berputus asa dari
rezeki selama kepala kamu berdua masih bisa bergerak. Sungguh manusia
dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merah tanpa mempunyai baju, kemudian Allah
'Azza wa Jalla memberi dia rezeki
(HR Ahmad, Ibnu Majah dan lbnu Hibban).
Kedua:
Secara jamai (kolektif) Allah SWT memerintahkan kaum Muslim untuk saling
memperhatikan saudaranya yang kekurangan dan membutuhkan pertolongan.
Rasulullah saw.bersabda:
Tidaklah
beriman kepadaku siapa saja yang tidur dalam keadaan kenyang, sementara
tetangganya kelaparan, padahal ia tahu (HR
ath-Thabrani dan al-Bazzar).
Rasulullah saw.juga bersabda:
Penduduk
negeri mana saja yang di tengah- tengah mereka ada seseorang yang kelaparan
(yang mereka biarkan) maka jaminan (perlindungan) Allah terlepas dari diri
mereka (HR Ahmad dan Ibnu Abi
Syaibah).
Ketiga:
Allah SWT memerintahkan penguasa untuk bertanggung jawab atas seluruh urusan
rakyatnya, termasuk tentu menjamin kebutuhan pokok mereka. Rasulullah saw.
bersabda:
Pemimpin
atas manusia adalah pengurus dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus
(HR al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Di
Madinah, sebagai kepala negara, Rasulullah saw. menyediakan lapangan kerja bagi
rakyatnya dan menjamin kehidupan mereka. Pada zaman beliau ada ahlus-shuffah.
Mereka adalah para sahabat tergolong dhuafa. Mereka dizinkan tinggal di Masjid
Nabawi dengan mendapatkan santunan dari kas negara.
Saat menjadi khalifah, Amirul Mukminin
Umar bin al-Khaththab biasa memberikan insentif untuk setiap bayi yang lahir
demi menjaga dan melindungi anak- anak. Beliau juga membangun "rumah
tepung" (dar ad-daqgiq) bagi para musafir yang kehabisan bekal.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz membuat
kebijakan pemberian insentif untuk membiayai pernikahan para pemuda yang
kekurangan uang.
Pada masa Kekhalifahan Abbasiyah dibangun
rumah sakit-rumah sakit lengkap dan canggih pada masanya yang melayani rakyat
dengan cuma-Cuma.
Hal di atas hanyalah sekelumit peran yang
dimainkan penguasa sesuai dengan tuntunan syariah Islam untuk menjamin
kesejahteraan rakyatnya.
Pentingnya Penerapan
Syariah Islam
Saat ini kemiskinan yang menimpa umat
lebih merupakan kemiskinan struktural/sistemik, yakni kemiskinan yang
diciptakan oleh sistem yang diberlakukan oleh negara/penguasa. Itulah sistem
kapitalisme-liberalisme-sekularisme Sistem inilah yang telah membuat kekayaan
milik rakyat dikuasai dan dinikmati oleh segelintir orang. Di negeri ini telah
lama terjadi privatisasi sektor publik seperti jalan tol, air, pertambangan
gas, minyak bumi dan mineral. Akibatnya, jutaan rakyat terhalang untuk
menikmati hak mereka atas sumber- sumber kekayaan tersebut yang sejatinya
adalah milik mereka. Akibat lanjutannya, menurut laporan tahunan Global Wealth
Report 2016, Indonesia menempati negara keempat dengan kesenjangan sosial
tertinggi di dunia. Diperkirakan satu persen orang kaya di Tanah Air menguasai
49 persen total kekayaan nasional.
Di sisi lain rakyat seolah dibiarkan
untuk hidup mandiri. Penguasa/negara lebih banyak berlepas tangan ketimbang
menjamin kebutuhan hidup rakyatnya. Di bidang kesehatan, misalnya, rakyat
diwajibkan membayar iuran BPJS setiap bulan. Artinya, warga sendiri yang
menjamin biaya kesehatan mereka, bukan negara. Dalam konteks global, di semua
negara yang menganut kapitalisme- liberalisme-sekularisme telah tercipta
kemiskinan dan kesenjangan sosial. Hari ini ada 61 orang terkaya telah
menguasai 82 persen kekayaan dunia. Di sisi lain sebanyak 3.5 miliar orang
miskin di dunia hanya memiliki aset kurang dari US$ 10 ribu. Karena itu
mustahil kemiskinan bisa dientaskan bila dunia, termasuk negeri ini, masih
menerapkan sistem yang rusak ini. Bahkan Oxfam International yang meriset data
ini menyebut fenomena ini sebagai "gejala sistem ekonomi yang gagal!"
(Tirto.id, 22/01/2018).
Karena itu saatnya kita mencampakkan
sistem selain Islam yang telah terbukti mendatangkan musibah demi musibah
kepada kita. Sudah saatnya kita kembali pada syariah Islam yang berasal dari Allah
SWT. Hanya syariah-Nya yang bisa menjamin keberkahan hidup manusia. Syariah
akan menjadi rahmat bagi mereka (Lihat: QS al-Anbiya [21]: 107). Lebih dari
itu, penerapan syariah Islam secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan adalah
wujud ketakwaan yang hakiki kepada Allah SWT..
HIKMAH
Allah
SWT berfirman :
Jika penduduk negeri beriman dan bertakwa,
niscaya Kami membuka untuk mereka pintu keberkahan dari langit dan bumi.
(TQS al-A’raf [7] :96)
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
3.1. Zonasi Wilayah Pesisir dan Lautan Ekosisiten laut dapat dipandang dari dimensi horizontal dan vertikal. Secara horizon...