3.1. Potensi Pembangunan
Wilayah Pesisir dan Lautan
Potensi pembangunan yang terdapat di wilayah
pesisir dan lautan secara garis besar terdiri atas tiga kelompok; (1)
sumberdaya yang dapat pulih (renewable
resources), (2) sumberdaya yang tidak dapat pulih (non-renewable resources), dan (3) jasa-jasa lingkungan (environmental service).Pertanyaannya adalah
seberapa besar pemanfaatannya dapat dioptimalkan, akan sangat menguntungkan
untuk peningkatan produk domistik bruto dan kesejahteraan rakyat.
A.
SUMBERDAYA DAPAT PULIH
1.
Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama
pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan lautan. Selain mempunyai
fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat peminjahan
dan asuhan bagi berbagai macam biota, penahan abrasi, amukan angin taufan, dan
tsunami,penyerap limbah pencegah intrusi air laut, dan lain sebagainya. Hutan mangrove juga memiliki fungsi ekonomis
penting seperti, penyedia kayu, daun-daun sebagai bahan baku obat-obatan.
Segenap kegunaan ini telah dimanfaatkan secara tradisional oleh sebagian besar
masyarakat pesisir di tanah air. Potensi lain dari hutan mangrove yang belum dimanfaatkan
secara optimal adalah sebagai kawasan wisata alam (ecotourism). Padahal di negara lain seperti, Malaysia dan
Australia, kegiatan wisata alam di kawasan hutan mangrove sudah berkembang dan
menguntungkan.
Ekosistem hutan mangrove di
Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dengan jumlah
total spesies sebanyak 89, terdiri atas, 35 spesies tanaman,, 9 spesies perdu,
9 spesies liana, 29 spesies epifit, dan 2 spesies parasitik (Nontji, 1987).
Tingginya keanekaragaman hayati hutan mangrove ini merupakan aset yang sagat
berharga tidak saja dilihat dari fungsi ekologinya tetapi juga fungsi
ekonominya.
2.
Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas
organik yang sangat tinggi dibandingkan ekosistem yang lainnya, demikian pula
dengan keanekaragaman hayatinya. Disamping mempunyai fungsi ekologis sebagai
penyedia nutrien bagi biota laut, perlindungan fisik, tempat peminjahan, tempat
bermain dan asuhan bagiberbagai biota; terumbu karang juga menghasilkan
berbagai macam produk yang mempunyai nilai ekonomis penting, seperti berbagai
jenis ikan, udang karang, alga, teripang, dan kerang mutiara.
Di beberapa tempat di Indonesia,
karang batu (hard coral) dipergunakan
untuk berbagai kepentingan seperti kontruksi jalan dan bangunan, bahan baku
industri, dan perhiasan. Dalam industri pembuatan kapur, karang batu
kadang-kadang ditambang sangat intensif seperti di Bali hingga mengancam
keamanan pantai. Dari segi estetika, terumbu karang yang masih utuh menampilkan
pemandangan yang sangat indah. Taman-taman laut yang terdapat di pulau atau
pantai yang mempunyai terumbu karang menjadi terkenal, seperti; Taman Laut
Bunaken di Sulawesi Utara. Keindahan yang dimiliki oleh terumbu karang
merupakan salah satu potensi wisata bahari yang belumoptimal dimanfaatkan.
Indonesia memiliki kurang lebih
50.000 km2 ekosistem terumbu karang yang tersebar di seluruh wilayah
pesisir dan lautan di seluruh Nusantara. Terumbu karang di Indonesia sangat
bergam jenisnya, dimana semua tipe terumbu karang penghalang (barrier reefs), terumbu karang cincin (atoll) dan terumbu tambahan (patch reefs) terdapat di perairan
Indonesia. Terumbu karang tepi terdapat di sepanjang pantai mencapai
kedalamantidak lebih dari 40 m, terumbu karang penghalang berada jauh dari pantai (mencapai puluhan atau ratusan km) dipisahkan
oleh laguna yang dalam sekitar 4-50 m.di Indonesia diantaranya tersebar di
Selat Makasar, dan sepanjang tepian Paparan Sunda, sedangkan terumbu karang
cincin tersebar sekitar Kepulauan Seribu dan Taka Bone Rate.
3.
Padang Lamun dan Rumput Laut
Lamun (seagrass)
adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup di
bawah permukaan air laut. Lamun hidup di perairan dangkan dan agak berpasir.
Tumbuhan lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang bentuknya mirip pita dan
berakar jalar. Tunas-tunas tumbuhan dari rhizoma,
yaitu bagian rumput yang tumbuh menjalar di bawah permukaan dasar laut.
Berlawanan adengan tumbuhan lain yang hidup terrendam dalam laut (misalnya
ganggang/alga laut), lamun berbuah dan menghasilkan biji. Pertumbuhan padang
lamun memerlukan sirkulasi air yang baik. Semua tipe dasar laut dapat ditumbuhi
lamun, namun padang lamun yang luas hanya dijumpai pada dasar laut lumpur
berpasir lunak dan tebal. Padang lamun sering terdapat di perairan laut antara
hutan mangrove dan terumbu karang (Dahuri, dkk,
2001).
Fungsi padang lamun di lingkungan
pesisir, menurut koesoebiono (1995) adalah sebagai berikut;
- sistem perakaran lamun
yang padat dan saling menyilang dapat menstabilkan dasar laut dan
mengakibatkan kokoh tertanamnya lamun dalam dasar laut,
- padang lamun berfungsi
juga sebagai perangkap sedimen yang kemudian diendapkan dan distabilkan,
- padang lamun segar
merupakan makanan bagi ikan duyung (yang senarnya bukan jenis ikan, melainkan
hewan menyusui) penyu laut, bulu babi dan berbagai jenis ikan. Padang
lamun merupakan daerah pengembalaan (grazing
ground) yang penting artinya bagi hewan-hewan laut tersebut. Ikan laut
lainnya dan udang tidak makan daun segar tersebut, melainkan makan serasah
(Detritus) dari lamun. Detritus ini tersebar luas oleh arus ke perairan
di sekitar padang lamun,
- padang lamun merupakan
habitat bagi bermacam-macam ikan (umumnya ikan berukuran kecil) dan udang,
- pada permukaan daun laun,
hidup melimpah ganggang-ganggang renik (biasanya ganggang bersel tunggal)
hewan-hewan renik dan mikroba, yang merupakan makanan bagi berbagai jenis
ikan yang hidup di padang lamun,
- banyak jenis ikan dan
udang yang hidup di perairan sekitar padang lamun menghasilkan larva yang
bermigrasi ke padang lamun untuk tumbuh besar. Bagi larva-larva ini padang
lamun memang menjanjikan kondisi lingkungan yang optimal bagi
pertumbuhannya. Dengan demikian perusakan padang lamun berarti merusak
daerah asuhan (nursery ground)
larva-larva tersebut,
- daun lamun berperan
sebagai tudung pelindung yang menutupi penghuni padang lamun dari sengatan
matahari,
- tumbuhan lamun dapat
digunakan sebagai bahan makanan dan pupuk.
Sementara
itu potensi rumput laut (alga) di perairan Indonesia dapat diamati dari potensi
lahan budidaya rumput laut yang trsebar di Indonesia. Potensi usaha rumput laut
di Indonesia mencakup areal seluas 26.700 ha dengan potensi produksi sebesar
482.400 ton/tahun. Sampai saat ini rumput laut hanya dimanfaatkan secara
tradisional oleh masyarakat pesisir tertama untuk bahan pangan, seperti untuk
lalapan, sayur, acar, manisan, dan kue. Selain itu rumput laut juga digunakan
untuk bahan obat-obatan. Pemanfaatan untuk industri dan sebagai komuditas
ekspor baru berkembang pesat dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, meskipun
ada catatan yang menunjukkan bahwa perdagangan rumput laut dengan Cina sudah
berlangsung sejak sebelum kemerdekaan Indonesia.
4.
Sumberdaya Perikanan laut
Pengertian sumberdaya perikanan laut sebagai
sumberdaya yang dapat pulih sering ditafsirkan sebagai sumberdaya yang dapat
dieksploitasi secara terus menerus tanpa batas. Potensi sumberdaya perikanan
laut di Indonesia terdiri atas sumberdaya perikanan pelagis sebesar (451.830
ton/tahun) dan pelagis kecil (2.423.000 ton/tahun), sumberdaya perikanan
demersal (3.163.630 ton/tahun), ikan karang (80.082 ton/tahun)dan cumi-cumi
(328960 ton/tahun). Dengan demikian, secara nasional potensi lestari sumberdaya
perikanan laut sebesar 6,7 juta ton/tahun
dengan tingkat pemanfaatan mencapai 48% (Ditjen perikanan, 1995).
5.
Bahan-Bahan Bioaktif
Bahan-bahan bioaktif (bioactive substances) atau berbagai macam bahan kimia yang
terkandung dalam tubuh biota perairan laut merupakan potensi yang sangat besar
bagi penyediaan bahan baku industri farmasi, kosmetik, pangan, dan industri
bioteknologi lainnya. Pemanfaatan bahan-bahan bioaktif (natural product) dari biota pesisir dan lauta, seperti omega-3, sunclorela, dan lainnya,
praktis belum berkembang. Padahal negara-negara lain, seperti malaysia, Amerika,
dan Jepang, industri bioteknologi yang mengelola bahan-bahan bioaktif dari laut
ini telah menjadi salah satu industri andalan. Kawasan pesisir dan lautan
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang paling tinggi di dunia. Dngan
demikian, industri bioteknologi, yang diramalkan oleh John Naisbit dalam Megatrend 2000 mapun Alfin Tofler dalam The Third Wave, akan menjadi industri
masa depan, seharusnya dapat dikembangkan dan dinikamati hasilnya.
B. SUMBERDAYA TIDAK DAPAT PULIH
Sumberdaya tidak dapat pulih (unrenewable resources) meliputi seluruh mineral dan geologi.
Mineral terdiri atas tiga kelas, yaitu; kelas A (mineral strategis; minyak
bumi, gas, dan batu bara), kelas B (mineral vital; emas, timah, nikel, bauksit,
bijih besi, dan cromit), dan kelas C (mineral industri; termasuk bahan bangunan
dan galian seperti; granit, kapur, tanah liat, kaolin, dan pasir). Cadangan migas
terdapat di 60 cekungan (basin)
yang sebagian besar terdapat di wilayah pesisir dan lautan., seperti Kepulauan
Natuna, Selat Malaka, Pantai selatan pulau Jawa, Selat Makasar, dan Celah
Timor. Isu yang beredar akhir-akhir ini tentang laut Banda, bahwa di tempat
tersebut menyimpan banyak cadangan minyak bumi, akan tetapi keberadaannya
memerlukan teknologi tinggi dan biaya besar untuk mengeksploitasinya, sehingga
belum bernilai ekonomis untuk masa sekarang.
Selain potensi mnyak bumi, wilayah
pesisir dan lautan juga mengandung sumberdaua mineral logam yang mempunyai
nilai ekonomis. Timah putih (Sn) dan Zircon juga terdapat pada wilayah ini,
terutama di Kepulauan bangka-Belitung dan kalimantan Barat. Deposit posfat
telah ditemukan di laut Timor. Mangan Oksida terdapat dui laut Banda, Seram,
dan Maluku, serta di wilayah Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) dekat
Sumatera Barat. (Lautan Hindia) dan Irian Jaya (Lautan Pasifik). Ferrometalic nodules terdapat di
wilayah pesisir Sulawesi Utara, dan bijih besi dapat ditemukan hampir di
sepanjang pantai Selatan Jawa. Chromite
terdapat di wilayah pesisir Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Corbonaceous coral reefs tersebar secara
ekstensif di Kawasan Timur Indonesia
(KTI), terutama di sekitar Kalimantan Timur, Sulawesi, dan Selat Makasar.
Sementara itu, bahan bangunan, seperti; tanah liat, pasir, dan kerikil tersebar
hampir di seluruh wilayah pesisir dan lautan Indonesia. Sampai saat ini hanya
timah, bauksit, bijih besi, pasir dan kerikil yang sudah dimanfaatkan
(Robertson Group plc. dan PT Agriconsult International, 1992). Penelitian
Baruna Jaya II telah mengidentifikasi keberadaan mineral mangan (Mn) dan emas
(Au) di daerah perairan bangka dan Teluk Bone.
Berdasarkan keadaan geologi
regional, logammulia (emas) sekunder diperkirakan terdapat di daerah Selat
Sunda (sekitar perairan Lampung), perairan Kalimantan Selatan (sekitar daerah
muara Sungai Barito ke arah Pulau Laut), dan di daerah perairan Maluku Utara
dan Sulawesi Utara. Sedangkan mangan noduler (manganese nodule) diduga terdapat di Laut Banda danlaut dalam
lainnya. Sumberdaya geologi sektor pertambangan lainnya yang telah
dieksploitasi adalah bahan baku industri dan bahan bangunan, antara lain kaoli,
pasir kuarsa, pasir bangunan, kerikil, dan batu pondasi. Pemanfaatan sumberdaya
geologi sektor pertambangan, geoteknik, dan kelautan merupakan bukti berperan
aktifnya sumberdaya wilayah pesisir dalam kegiatan pembangunan, yang diusahakan
berkesinambungan dan berwawasan lingkungan. Adapun penyebaran potensi dan
tingkat pemanfaatan mineral laut Indonesia dapat dilihat pada Tabel 11.1.
Tabel 11.1. Penyebaran Potensi
dan Tingkat Pemanfaatan Mineral Laut Indonesia
No
|
Jenis
|
Lokasi
|
Potensi
|
Tingkat
Pemanfaatan
|
1.
|
Minyak
Bumi
|
Lepas
pantai
|
3 milyar barrel
|
40%
|
2.
|
Gas
Aalam
|
Lepas
pantai
|
5 milyar barrel setara minyak bumi
|
30%
|
3.
|
Timah
|
Bangka,
Belitung, Singkep, karimun, dan Kundur
|
NA
|
NA
|
4.
|
Mineral
radio Aktif (Th)
|
Bangka,
Belitung, Singkep, karimun, dan Kundur
|
NA
|
NA
|
5.
|
Chrom
|
Pantai
Timur Sulawesi
|
NA
|
NA
|
6.
|
Fosfor
|
Selatan
Timor
|
NA
|
NA
|
7.
|
Logam
(Fe, Mn, Cu, Ni)
|
Kepulauan
Sangihe dekat Gn.Awu
|
NA
|
Na
|
8.
|
Bijih
Besi
|
Pantai
selatan Jawa dan Pantai Barat Sumatera
|
NA
|
NA
|
9.
|
Mangan
|
Pantai
arat Sumatera, Selat Lombok, Laut Banda, P.Damar, Utara Manado, Halmahera,
Utara Kepala Burung Irja
|
NA
|
NA
|
Sumber: Katali dan Hartono, 1987, The marine
Coastal Sector Definition Mission, 1987, dalam Dahuri, dkk, 2001.
Keterangan: NA = tidak ada data
tersedia
C.
Jasa-Jasa Lingkungan
Wilayah pesisir dan lautan Indonesia juga memiliki
berbagai macam jasa-jasa lingkungan (environmental
services) yang sangat potensial bagi kepentingan pembangunan dan bahkan kelangsungan
hidup manusia. Jasa-jasa lingkungan meliputi fungsi kawasan pesisir dan lautan
sebagai tempat rekreasi dan pariwisata, media transportasi dan komunikasi,
sumber energi, sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan keamanan,
penampungan limbah, pengatur iklim (climate
regulator),kawasan pelindung (konservasi dan preservasi), dan sistem
penunjang kehidupan serta fungsi ekologis lainnya.
Wilayah pesisir dan lautan ini juga
memiliki potensi sumberdaya energi yang cukup besar dan belum dimanfaatkan
secara optimal. Padahal sebagaimana diketahui, wilayah pesisir dan lautan sudah
dijajaki sebagai salah satu sumber energi alternatif kerena risiko polusi
terhadap lingkungannya kecil. Sumber energi yang dapatdimanfaatkan tersebut
antara lain; arus pasang-surut, gelombang, perbedaan salinitas, angin, dan
pemanfaatan perbedaan suhu air laut di lapisan permukaan dan lapisan dalam
perairan yang dikenal dengan OTEC (Ocean Thermal
Energy Conversion).
1. OTEC
(Ocean Thermal Energy Conversion)
OTEC
(ocean Thermal Energy Conversion)
adalah salah satu bentuk pengalihan energi yang tersimpan dari sifat fisika air
laut menjadi energi listrik. Suhu air laut akan menurun sesuai dengan
bertambahnya kedalaman. Perbedaan suhu air permukaan dengan suhu air di bagian
dalam dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Perbedaan suhu
secara vertikal sangat besar terjadi di laut tropis sehingga Indonesia yang
merupakan salah satu negara yang beriklim tropis sangat potensial untuk
mengembangkan OTEC sebagai salah satu
energi alternatif.
Proses
pemanfaatan perbedaan suhu air permukaan laut, biasanya menggunakan pusat
pembangkit energi yang ditempatkan di permukaan laut dan dilengkapi dengan
sebuah pipa panjang yang menjulur ke arah dasar laut sehingga perbedaan suhu
mencapai 200 C. Keadaan tersebut dapat terjadi pada kedalamanan
lebih dari 1.000 m. Dengan menggunakan pompa, air dingin dari kedalaman
dialirkan ke permukaan., selanjutnya digunakan untuk mengubah amoniak dari
bentuk gas menjadi cair. Amoniak cair lalu dipanaskan oleh air hangat permukaan
sehingga menguap menjadi gas kembali. Selama proses perubahan dari fase cair
menjadi fase gas dan fase gas menjadi fase cair, amoniak berputar membuat
siklus yang dapat menggerakan turbin sehingga dapat menghasilkan daya listrik.
2.
Energi dari Gelombang Laut
Gelombang
laut sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai energi alternatif di hampir
seluruh wilayah pesisir dan lautan dunia. Pembangkit listrik semacam ini sesuai
dibangun di daerah perairan yang memiliki angin yang cukup kuat dan dasar
perairan pesisir yang memungkinkan gelombang dapat mencapai pantai secara
paralel (sejajar).
Wilayah
pesisir dan lautan Indonesia memiliki berbagai macam jasa-jasa lingkungan (environmental services) yang sangat
potensial bagi kepentingan pembangunan dan bahkan kelangsungan hidup manusia.
Ini termasuk keindahan pantai dan bawah
laut untuk industri wisata bahari, pendidikan dan penelitian, media
perhubungan, pengendalian iklim global, dan penampung limbah.
3.
Energi Pasang-Surut
pasang-surut dapat dikonversi menjadi energi
listrik, terutama pada daerah-daerah teluk atau estuaria yang memiliki
amplitudo pasang-surut 5sampai 15 m. Metode yang digunakan adalah mengendalikan
ketinggian muka air dengan membangun dam.
Secara alami, permukaan air teluk
atau kolam perairan yang dibatasi dengan bangunan permanen., akan naik dan
turun setiap harinya. Energi kinetik dari gerak itulah yang kemudia digunakan
untukmenggerakan turbin pembangkit tenaga listrik. Perkiraan total energi yang dapat dihasilkan
oleh pasang surut diperkirakan mencapai 3 x 106 megawatt atau 3 x 1012
kilowatt. Tenaga pasang-surut mulai
dikembangkan secara komersial oleh Perancis sejak tahun 1966. pembangkit
listrik tenaga pasang-surut di daerah Estuarian
Rance merupakan yang pertama di dunia dan dapat menghasilkan 240
megawatt (dapat menghidupkan 10 12 bola
lampu berkekuatan 240 watt sekaligus).
I.
Pertanyaan/Tugas
1. jelaskan karakteristik
sumberdaya yang dapat pulih (renewable
resources)?
2. jelaskan karakteristik
sumberdaya yang tidak dapat pulih (unrenewable
resources)?
3. jelaskan jasa-jasa lingkungan
yang terdapat pada wilayah pesisir dan lautan?
II.
Sumber
Dahuri,
H., Rais, J., Ginting, S.P., Sitepu, M.j., 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Pradnya Paramita, Jakarta.
Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997. Ringkasan Agenda 21 Indonesia, Strategi
Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan, Kantor Menteri Negara Lingkungan
Hidup, Jakarta.
Koesoebiono,
1995. Ekologi Wilayah Pesisir, PPLH-LP-IPB Bogor.
Nontji,
A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit
Djambatan, Jakarta.
No comments:
Post a Comment