3.1. Pendekatan Survei
Sumberdaya Lahan
Daerah atau negara
yang sedang berkembang biasanya hanya mempunyai sedikit atau tanpa tersedianya
informasi tentang lahan, sehingga permasalahan yang dihadapi berbeda-beda
dengan negara yang sudah maju.karena kurangnya informasi tentang lahan,
diperlukan metode survei yang dapat dengan mudah dilakukan secara tepat ,
sehingga data yang dihasilkan dapat diperoleh secara relatif cepat untuk
mendukung suatu perencanaan pembangunan yang akan dilakukan pada daerah-daerah
terpencil dan tanpa jaringan transportasi yang memadahi.
Ada dua pendekatan
yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi masalah tersebut. Pertama adalah
dengan pendekatan fisiografik (physiographic
approach) yang mempertimbangkan lahan secara keseluruhan di dalam
penilaiannya. Pendekatan fisiografik ini umumnya menggunakan kerangka
bentuklahan (landform framework) untuk
mengidentifikasikan satuan daerah secara alami. Zonneveld (1979) menamakan
pendekatan demikian sebagai pendekatan parametrik (parametric approach) yaitu suatu sisitem klasifikasi dan pembagian
lahan atas dasar pengaruh atau nilai ciri lahan tertentu dan kemudian
mengkombinasikan pengaruh-pengaruh tersebut untuk memperoleh dengan membagi
satu faktor ke dalam beberapa kelas dengan menggunakan nilai kritis tertentu
untuk memberikan peta isoritmik yang sederhana.
Pendekatan
fisiografik mengelompokan lahan secara keseluruhan dan tidak berdasarkan sifat
tertentu. Hal ini dilakukan dengan anggapan bahwa suatu daerah yang mempunyai
fisiografis yang relatif seragam akan mempunyai faktor-faktor lingkungan
lainnya yang juga relatif seragam, seperti iklim mikro, ciri tanah, kondisi
habitat tanaman dan sebagainya. Masing-masing satuan lahan yang di
identifikasikan dengan cara demikian dapat dianggap mempunyai sifat-sifat yang
secara keseluruhan relatif seragam. Pendekatan ini sangat tepat apabila
diperlukan evaluasi medan secara keseluruhan. Klasifikasi lahan dengan
pendekatan fisiografik ini menjadi sangat penting dalam evaluasi lahan
mengikuti dua perkembangan, yaitu; konsep satuan fisiografi sebagai dasar
pembagian dari bentang lahan, dan kecenderungan pengguna semakin meluas dari
penginderaan jauh, terutama foto-foto udara.
Pendekatan
parametrik (parametric approach)
mengklaskan lahan atas dasar sejumlah sifat lahan tertentu, (Marbut, 1968),
dimana pemilihan sifat tersebut ditentukan oleh peruntukan dan penggunaan lahan
yang sedang dipertanyakan.pendekatan ini biasanya digunakan apabila individu
dari sifat lahan dianggap lebih penting dari survei untuk keperluan yang
sifatnya umum dengan memprtimbangkan banyak sifat sampai ke klasifikasi dengan
dasar yang lebih sederhan untuk penggunaan-penggunaan yang bersifat khusus.
Pendekatan parametrik ini berdasarkan
nilainumerik sehingga penilaian subjektif dapat dihindarkan. Hal ini
menyebabkan metode evaluasi ini banyak menarik perhatian dalam pengembangan.
Pendekatan parametrik
terdiri atas beberapa tahapan berikut; (a) mengevaluasi secara terpisah
sifat-sifat tanah yang berbeda dan memberikan secara terpisah nilai numeriknya
menurut kepentingannya di dalam atau diantara sifat-sifat tertentu, (b)
mengkombinasikan nilai-nilai numerik dari faktor-faktor tersebut menurut hukum
matematik dengan mempertimbangkan hubungan interaksi antara faktor-faktor dalam
menghasilkan indeks penampilan terakhir, (c) yang akhirnya digunakan untuk
menggolongkan tanah menurut nilai pertaniannya. Pendekatan ini mempunyai
beberapa ragam penggunaan, seperti pengklasifikasian tanah menurut kebutuhan
pupuk, sesuai untuk irigari, kehutanan atau untuk menunjukkan potensi pertanian
suatu daerah dalam arti luas. Pendekatan parametrikmempunyai berbagai keuntungan,
yaitu kriteria yang dapat dikuantifikasikan dapat dipilih., sehingga
memungkinkan data yang objektif, keandalan, kemampuan untuk direproduksikan
(reproduccibility) dan tepatannya tinggi. Masalah yang mungkin timbul dalam
pendekatan parametrik ialah dalam hal pemilihan sifat, penarikan batas-batas
kelas, waktu yang diperlukan untuk mengkuantifikasikan sifat, serta kenyataan
bahwa masing-masing klasifikasi hanya diperuntukan bagi penggunaan lahan
tertentu. Sistem klasifikasi lahan dengan pendekatan parametrik menyusun
sistem-sitem klasifikasi kemampuannya biasanya berbeda-beda dalam memilih dan menggunakan
faktor-faktor yang diikutkan serta dalam mempertimbangkan serta manipulasi
metematik yang digunakan. Ada tiga jenis manipulasi matematik yang sering
digunakan dalam mengkombinasikan fakor-faktor tersebut (FAO, 1974), yaitu;
1. penjumlahan (additve) atau penggunaan (subtractive) misalnya P=A + B - C
2. perkalian (multiplicative), misalnya P=A x B x C
3. persamaan parametri kompleks,
misalnya P= A
P adalah indeks atau nilai
parametrik yang berhubungan dengan produksi (kg/ha), dan A,B,C, dan D adalah
ciri tanah dan lokasi seperti kedalaman, tekstur, dan sebagainya. Terapan
pendekatan parametrik tidak hanya untuk bidang pertanian tetapi dapat juga
untuk keperluan rencana penataan ruang suatu kawasan. Berikut ini akan di
sajikan contoh perhitungan pendekatan parametrik dengan metoda penjumlahan yang
dapat dilihat pada Tabel 8.1
Tabel 8.1.
Perhitungan Skor Lokasi Untuk Peruntukan
Lahan (SK Menteri Pertanian No 837/KPTS/UM/1980)
Variabel
|
Nilai
|
Rentang
Variabel
|
Kategori dan
Bobot
|
|
1. Kemiringan Lereng
|
Kelas Lereng
|
Kemiringan Lereng %
|
Kategori
|
Bobot
|
|
1
|
0-8
|
Datar
|
20
|
|
2
|
8-15
|
Landai
|
40
|
|
3
|
15-25
|
Agak curam
|
60
|
|
4
|
25-40
|
Curam
|
80
|
|
5
|
>40
|
Sangat curam
|
100
|
|
|
|
|
|
2.
Kepekaan tanah terhadap erosi
|
1
|
Aluvial, tanah glei, planosol,
hidromorf, laterite, air tanah
|
Tidak peka
|
15
|
|
2
|
Latosol
|
Kurang peka
|
30
|
|
3
|
Brown forest soil, non calcic brown,
mediteran
|
Agak peka
|
45
|
|
4
|
Andosol, laterite, grumusol, podsol,
podsolik
|
Peka
|
60
|
|
5
|
Pegosol, litosol, organosol, renzina
|
Sangat peka
|
75
|
|
|
|
|
|
3. Intensitas hujan
|
Kelas
intensitas
|
Intensitas hujan (mm/hari hujan)
|
keterangan
|
|
|
1
|
=<13,5
|
Sangat rendah
|
10
|
|
2
|
13,6-20,7
|
Rendah
|
20
|
|
3
|
20,7-27,7
|
Sedang
|
30
|
|
4
|
27,7-34,8
|
Tinggi
|
40
|
|
5
|
>34,8
|
Sangat tinggi
|
50
|
Contoh:
suatu wilayah memiliki karakteristik, kemiringan lereng 30%, jenis tanah
andosol, dan intensitas hujan 30 mm/hari hujan. Tentukan berapa skor
lokasinya dan peruntukannya untuk apa?
|
||||
Variabel
|
Nilai
|
Bobot
|
Skor peruntukan
|
|
Kemiringan lereng
|
30%
|
80
|
>175 kawasan lindung
|
|
Jenis tanah
|
Andosol
|
60
|
125-174 kawasan penyangga
|
|
Intensitas hujan
|
30mm/hh
|
40
|
< 125 budidaya tanaman tahunan
(lereng < 15%)
|
|
|
Indeks Lokasi 180
|
< 125 kawasan tanaman semusim dan
permukiman (lereng <8%)
|
||
Peruntukan lahan diarahkan untuk kawasan lindung
|
Sumber:
Muta’ali, 2002
Metode perkalian
sering digunakan dalam menganalisis suatu gejala di permukaan bumi dengan
menggunakan pendekatan tertentu. Metoda perkalian ini tergantung dari banyaknya
jumlah variabel yang digunakan dalam menganalisis suatu fenomena atau gejala di
permukaan bumi. Contoh dari metode perkalian dapat dilihat pada Tabel 8.2
Tabel 8.2.
Karakteristik Medan dan Tingkat Risiko Longorlahan Daerah Ngarai Sianok Kota
Bukittinggi
No
|
Simbol
|
Nilai
Bahaya
|
FK
|
Magnitude
|
Nilai Risiko
Spesifik
|
Elemen yang
Berisiko
|
Nilai Risiko
Total
|
Ket
|
|||||
Data
|
H
|
Data
Jiwa
|
Tipe Bgn
|
H/B
(Juta)
|
Nilai
|
Data
|
H
|
||||||
1
|
V.I. T. Reg. P
|
28
|
2,00
|
1
|
4
|
Pn
|
>100
|
1
|
28
|
>50
|
1
|
28
|
Rendah
|
2
|
V.I.T. Reg.P
|
29
|
2,00
|
1
|
5
|
Sp
|
<100
|
0,5
|
14,5
|
>50
|
1
|
14,50
|
Rendah
|
3
|
V.III.T.Reg.P
|
33
|
2,00
|
1
|
5
|
Pn
|
>100
|
1
|
33
|
>50
|
1
|
33
|
Rendah
|
4
|
V.I.T.Reg.Kc
|
27
|
2,00
|
1
|
5
|
-
|
<10
|
0,1
|
2,70
|
<50
|
0,5
|
1,35
|
Rendah
|
5
|
V.II.T.Lat.Kc
|
27
|
2,00
|
1
|
5
|
-
|
<10
|
0,1
|
2,70
|
>50
|
1
|
2,70
|
Rendah
|
6
|
V.III.T.Reg.Tl
|
27
|
2,00
|
1
|
5
|
-
|
<10
|
0,1
|
2,70
|
>50
|
1
|
2,70
|
Rendah
|
7
|
V.III.T.lat.Tl
|
33
|
2,00
|
1
|
5
|
-
|
<10
|
0,1
|
3,30
|
<50
|
0,5
|
1,65
|
Rendah
|
8
|
V.III.T.Lat.Kc
|
32
|
2,00
|
1
|
5
|
-
|
<10
|
0,1
|
3,20
|
>50
|
1
|
3,20
|
Rendah
|
9
|
V.IV.T.Lat.Kc
|
30
|
2,69
|
1
|
5
|
-
|
<10
|
0,1
|
3,00
|
<50
|
0,5
|
1,50
|
Rendah
|
10
|
V.IV.T.Lat.P
|
32
|
2,69
|
1
|
5
|
Sp
|
<100
|
0,5
|
16
|
>50
|
1
|
16
|
Rendah
|
11
|
V.V.T.Reg.Pf
|
41
|
1,04
|
3
|
4
|
Pn
|
>100
|
1
|
123
|
>50
|
1
|
123
|
Tinggi
|
12
|
V.V.T.Reg.Tm
|
36
|
1,32
|
1
|
4
|
-
|
<10
|
1
|
36
|
>50
|
1
|
36
|
Rendah
|
13
|
V.V.T.Reg Kc
|
32
|
1,65
|
1
|
5
|
-
|
<10
|
0,1
|
3,20
|
<50
|
0,5
|
1,60
|
Rendah
|
14
|
V.IV.T.Reg.Kc
|
30
|
1,15
|
2
|
5
|
-
|
<10
|
0,1
|
6,00
|
>50
|
1
|
6,00
|
Rendah
|
15
|
V.V.T.L.at.P
|
38
|
1,42
|
1
|
5
|
Pn
|
>100
|
0,1
|
38
|
>50
|
1
|
38
|
Rendah
|
16
|
V.VI.T.Reg.Kc
|
34
|
1,73
|
1
|
5
|
-
|
<10
|
0,1
|
3,40
|
<50
|
0,5
|
1,70
|
Rendah
|
17
|
V.IV.T.Reg.P
|
35
|
2,25
|
1
|
5
|
Pn
|
>100
|
1
|
35
|
>50
|
1
|
35
|
Rendah
|
18
|
S.VI.T.Reg.H
|
35
|
0,92
|
3
|
4
|
-
|
<10
|
0,1
|
10,50
|
>50
|
0
|
0
|
Rendah
|
19
|
S.II.T.Reg.H
|
24
|
2,00
|
1
|
5
|
-
|
<10
|
0,1
|
2,40
|
>50
|
0
|
0
|
Rendah
|
20
|
S.II.T.Reg.S
|
32
|
2,00
|
1
|
5
|
-
|
<10
|
0,1
|
3,20
|
<50
|
0,5
|
1,6
|
Rendah
|
21
|
S.III.T.Reg.S
|
34
|
2,00
|
1
|
5
|
-
|
<10
|
0,1
|
3,40
|
<50
|
0,5
|
1,70
|
Rendah
|
22
|
S.II.T.Reg.P
|
27
|
2,00
|
1
|
5
|
Sp
|
<100
|
0,5
|
13,50
|
>50
|
1
|
13,50
|
Rendah
|
23
|
S.VI.T.Reg.P
|
38
|
0,92
|
3
|
5
|
Sp
|
<100
|
0,5
|
57
|
>50
|
1
|
57
|
Sedang
|
Sumber: Triyatno, 2004
Keterangan:
Bentuklahan: Tipe Bangunan: Jenis
Tanah: Batuan:
V: vulkanik Pn: permanen Reg: regosol T: tuff batu apung
S: struktural Sp: semi permanen Lat:
latosol
Lereng: H/B= harta benda Penggunaan Lahan
I: datar FK: faktor keamanan P: permukiman
II: landai H: harkat/skor Tl:
tegalan
III:miring Kc:
Kebun campuran
IV: agak curam Tm: taman
V: curam Pf:
prasarana fisik
VI: sangat curam S:
sawah
H:
hutan
Disamping metode di
atas juga dapat dilakukan evaluasi sumberdaya lahan pesisir dan lautan dengan
menggunakan metode SWOT (strenght,
weakness, oppurtunity, adan threat). Metode SWOT mencari kekuatan dan
kelemahan yang terdapat pada suatu wilayah serta peluang dan ancaman yang akan
dialami pada suatu wilayah tersebut. Berikut ini akan diberikan contoh
perhitungan analisis SWOT untuk pengembangan geoekologi wilayah peisir. Dasar
penentuan tipe geoekologi adalah jumlah peluang jenis kegiatan wisata yang
dapat dilakukan pada setiap satuan geoekologi. Atas dasar hal tersebut, tipe
geoekologi dibedakan atas tiga bagian, yaitu tipe geoekologi A yang memiliki
peluang jenis kegiatan wisata 6 macam, tipe B dengan peluang jenis kegiatan
kegiatan wisata 4-5 kegiatan, dan tipe C yang memiliki peluang jenis kegiatan
wisata 3 macam. Adapun tabel pengukuran analisis SWOt yang dilakukan di Lombok
Barat dapat dilihat pada Tabel 8.3 dan 8.4.
Tabel 8.3. Fungsi dan Tipe
Geoekologi untuk Wisata laut
Sat.
geoekologi
|
Lokasi
|
Jenis
Aktivitas Wisata
|
Total
|
Tipe
Geoekologi
|
|||||||||
Kp
|
Ly
|
Sk
|
Sl
|
SIA
|
JSK
|
MC
|
Br
|
Snk
|
slm
|
||||
Zona
|
Teluk Naga
|
5/7
|
5/7
|
6/8
|
5/7
|
4/7
|
5/7
|
5/6
|
6/7
|
8/9
|
8/9
|
10/10
|
A
|
Lepas
|
mentigi
|
4/7
|
4/7
|
5/8
|
5/7
|
4/7
|
5/7
|
4/6
|
6/7
|
4/9
|
4/9
|
8/9
|
A
|
Pantai
|
Pandanan
|
5/7
|
5/7
|
6/8
|
4/7
|
5/7
|
4/7
|
4/6
|
4/7
|
3/9
|
3/9
|
8/10
|
A
|
(off
shore)
|
Teluk Nipah
|
5/7
|
5/7
|
6/8
|
5/7
|
4/7
|
5/7
|
4/6
|
6/7
|
4/9
|
4/9
|
8/10
|
A
|
|
Senggigi
|
6/7
|
6/7
|
7/8
|
6/7
|
5/7
|
5/7
|
6/6
|
7/7
|
6/9
|
6/9
|
10/10
|
A
|
|
Batu Layar
|
5/7
|
5/7
|
6/8
|
5/7
|
4/7
|
5/7
|
4/6
|
6/7
|
3/9
|
3/9
|
8/10
|
A
|
Sumber: Mardiyatno, 1999
Keterangan:6/7
berarti dari 7 parameter penentu kesesuaian unit geoekologi,hanya 6 parameter
yang mendukung dan hanya 1 parameter kendala
Jenis
Aktivitas Wisata
Kp : Berkapal JsK : Jet Ski
Ly : Berlayar Mc : Mnacing
Sk : Ski Air Br : Berenang
Sl : Berselancar SnK :
Snorkeling
SiA :Selancar Angin Slm :
Selam
Tabel 8.4.
Fungsi dan Tipe Geoekologi untuk Wisata Darat
Sat.
geoekologi
|
Lokasi
|
Jenis
Aktivitas Wisata
|
Total
|
Tipe
Geoekologi
|
|||||||
Pm
|
Jln
|
Jmr
|
Lst
|
OrV
|
Mm
|
Blj
|
Lyg
|
||||
Gisik
|
Teluk Naga
|
4/7
|
5/7
|
6/6
|
5/6
|
7/7
|
2/5
|
4/5
|
6/8
|
7/8
|
A
|
mentigi
|
2/7
|
3/7
|
4/6
|
4/6
|
4/7
|
2/5
|
3/5
|
4/8
|
5/8
|
B
|
|
Pandanan
|
4/7
|
4/7
|
4/6
|
3/6
|
3/7
|
2/5
|
3/5
|
4/8
|
5/8
|
B
|
|
Teluk Nipah
|
4/7
|
5/7
|
5/6
|
4/6
|
6/7
|
2/5
|
3/5
|
5/8
|
7/8
|
A
|
|
Senggigi
|
3/7
|
4/7
|
6/6
|
5/6
|
4/7
|
3/5
|
4/5
|
5/8
|
7/8
|
A
|
|
Batulayar
|
2/7
|
4/7
|
4/6
|
2/6
|
3/7
|
2/5
|
3/3
|
4/8
|
4/8
|
C
|
|
Dat. Aluvial Pantai
|
Teluk Kombal
|
2/7
|
3/7
|
3/6
|
3/6
|
3/7
|
2/5
|
2/5
|
4/8
|
1/8
|
C
|
|
Melaka
|
4/7
|
4/7
|
5/6
|
4/6
|
2/7
|
3/5
|
2/5
|
4/8
|
6/8
|
A
|
Dat. Aluvial
|
Sesela
|
2/7
|
2/7
|
2/6
|
1/6
|
2/7
|
3/5
|
2/5
|
4/8
|
2/8
|
C
|
Lembah Antar Perbukitan
|
Batu Penyu
|
3/7
|
2/7
|
2/6
|
4/6
|
3/7
|
3/5
|
2/5
|
3/8
|
2/8
|
C
|
Lerengkaki Perbukitan
|
Kekeran
|
3/7
|
3/7
|
2/6
|
3/6
|
4/7
|
2/5
|
2/5
|
3/8
|
1/8
|
C
|
Perbukitan Denudasional
|
Pusuk
|
4/7
|
3/7
|
1/6
|
4/6
|
3/7
|
3/5
|
2/5
|
3/8
|
4/8
|
C
|
Sumber:
Mardiyatno, 1999
Keterangan:6/7
berarti dari 7 parameter penentu kesesuaian unit geoekologi,hanya 6 parameter
yang mendukung dan hanya 1 parameter kendala
Jenis
Aktivitas Wisata:
Pm : Pemanadangan OrV : Olahraga Volley pantai
Jln : Jalan-jalan Mm : Makan Minum
Jmr : Berjemur Blj : Belanja
Ist : Istirahat Lyg : Layang-layang
Adapun
deskripsi analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 8.5.
Tabel
8.5. Deskripsi Analisis SWOT Daerah Lombok Barat
No
|
Geoekologi
|
Potensi
|
Kendala
|
||||
Satuan
|
Tipe
|
Lokasi
|
Kekuatan
|
Peluang
|
kelemahan
|
Ancaman
|
|
1
|
Laut
|
B
|
Pandanan
|
- Panorama
indah yang masih asli
- Dekat dengan
pusat pariwisata internasional (Bali)
- Pantai
berterumbu karang
- Perairan yang
bersih
|
- Alternatif pengembangan
Senggigi
- pengembangan
infra struktur jalan
|
- Publisitas
rendah
- Prasarana untuk
pariwisata belum ada
|
- Kondisi sosial
ekonomi setempat yang masih rendah (permukiman kumuh)
|
2.
|
Laut
|
C
|
Batulayar
|
- Aksesibilitas
tinggii
- Panorama
masih asli
- Perairan yang
bersih
|
- Alternatif pengembangan
Senggigi
- pengembangan
infra struktur jalan
|
- Publisitas
rendah
- Prasarana untuk
pariwisata belum ada
- Kebersihan
lingkungan darat kurang
- Lahan
pengembangan sempit
|
- Kondisi sosial
ekonomi setempat yang masih rendah (permukiman kumuh)
|
3.
|
Gisik
|
A
|
Senggigi
|
- Prasarana
perhotelan dan komunikasi lengkap
- Aksesibilitas
tinggi
- Publisitas
tinggi
|
- Wisata alternatif
setelah Bali
- Pengembangan infra
struktur jalan
|
- Sanitasi dan
kesehatan lingkungan kurang memadahi
- Area
terbangun sudah padat
- Ketergantungan
yang tinggi terhadap pariwisata di Bali
- Tidak ada
atraksi yang khas
|
- bencana alam
berupa longsor dan abrasi
- konflik
kepentingan antara pendatangdan penduduk asli
- ancaman
budaya asing
|
4.
|
Gisik
|
A
|
Teluk Nipah
|
- Panorama
indah yang masih asli
- Dekat dengan
pusat pariwisata internasional (Bali)
- Pantai landai
|
- Alternatif pengembangan
Senggigi
- Pengembangan infra
struktur jalan
|
- Publisitas
rendah
- prasarana
untuk pariwisata belum ada
-
Keterbatasan luas lahan untuk prasarana
|
- Kondisi sosial
ekonomi setempat yang masih rendah (permukiman kumuh)
- Spekulasi
pemilikan tanah
|
5.
|
Gisik
|
A
|
Teluk Nara
|
- Panorama
indah yang masih asli
- Aksesibilitas
tinggi
- Dekat dengan
pusat pariwisata internasional (Bali)
- Pantai landai
- Tempat
penyeberangan ke Gili
|
- Alternatif pengembangan
Senggigi
- Pengembangan infra
struktur jalan
|
- Publisitas
rendah
- Prasarana untuk
pariwisata belum ada
-
Keterbatasan luas lahan untuk prasarana
|
- kondisi
sosial ekonomi setempat yang masih rendah (permukiman kumuh)
- Spekulasi
pemilikan tanah
|
Sumber:
Mardiyatno, 1999
I.
Pertanyaan/Tugas
1. jelaskan teknik pendekatan
untuk mengukur karakteristik lahan?
2. jelaskan metode pengukuran
sumberdaya lahan?
3. jelaskan metode analisis SWOT
dalam penyusunan analisis sumberdaya lahan di wilayah pesisir dan laut?
II.
Sumber
Fakultas
Geografi UGM, 1995. Evaluasi Sumberdaya Lahan, Metodologi dan Terapan untuk
ESL, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta
Mardiyatno
Djati, 1999. Kajian Geoekologi Daerah
Kepesisiran Lombok Barat untuk Pengembangan Wisata Pantai, Majalah
Geografi, Vol 16 pp 57-75. Yogyakarta
Triyatno,
2004. Studi Tingkat Bahaya dan Risiko
Longsoran Daerah Ngarai Sianok Kota Bukittinggi, Tesis S2 Geografi Fisik
UGM, Yogyakarta
No comments:
Post a Comment